Jakarta, Indonesia —
Wakil Presiden DPR RI Saan Mustopae melakukan peninjauan langsung ke lokasi penyebab banjir di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada Jumat (12/6). Hal ini merupakan langkah untuk mencari solusi permasalahan banjir yang telah menjadi permasalahan “permanen” selama puluhan tahun di desa tersebut.
Bersama Raja Muda Karawang, Aep Syaepuloh dan Kepala Balai Besar Sungai Citarum (BBWS), Mochamad Dian Al Ma’rup meninjau pertemuan tiga sungai utama penyebab banjir, yakni Sungai Cidawolong; Sungai Kaliurang dan Sungai Cibeet.
“Banjir ini permanen, bahkan permanen, sudah puluhan tahun terjadi banjir. Kami mencoba melihat langsung (penyebabnya) dan bagaimana penanganannya,” ujarnya melalui surat, Jumat (12/6).
Untuk tingkat tertentu, Saan menyatakan akan mendorong alokasi keuangan Badan Banjir Kampung Karangligar pada tahun 2025. Ia juga menekankan pentingnya kerja sama antara Pemprov dan BBWS untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan.
“Dari segi politik, kami mendorong Tuan Pemanku Raja Haji Aep bekerja sama dengan BBWS untuk mengatasi masalah banjir. Teknisnya Tuan Dian (Kepala BBWS Citarum),” ujarnya.
Sementara itu, AEP menyatakan akan mendukung penerapan penanganan banjir di Kampung Karangligar.
“Pemerintah siap melaksanakan hal ini, pemerintah daerah pasti tidak keberatan, kita pasti siap menyelamatkan lahan lebih dari 1 hektar. Yang penting kita bisa menyelamatkan seluruh masyarakat di daerah ini,” ujarnya.
Ia pun berharap kesepakatan tersebut bisa selesai pada tahun 2024. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus bahu-membahu menangani banjir.
“Sebelumnya dikatakan dibutuhkan tangki dan pompa untuk lahan seluas lebih dari 1 hektar. Kita juga bersyukur kepada Tuhan Encik Saan Wakil Ketua DPR RI juga sempat berupaya berkunjung ke sini,” kata Aep.
Di sisi lain, kata Dian, untuk mengolah sungai di Kampung Karangligar dibutuhkan anggaran sekitar Rp 80 hingga Rp 100 miliar.
“Ini kegiatan media yang mendesak, makanya kami juga memikirkan bagaimana arus balik air Sungai Cidawolong akibat Cibeet tidak berhenti,” ujarnya.
Pertama, ada rangkaian perawatan yang diatur berdasarkan tinggi badan. Selanjutnya dilanjutkan dengan pemasangan pintu, di sebelahnya akan dipasang tangki penampung.
“Kalau sudah terpasang pintunya, Cibeet tidak bisa masuk, Cibeet juga tidak bisa masuk Cidawolong,” jelas Dian.
Lalu bagaimana cara menghilangkan air dari Cidawolong. Sebagian akan disimpan di waduk sebagai taman air untuk Cibeet. Air akan berkurang sesuai dengan kapasitas pompa.
Dan kata dia, banjir sudah berkurang signifikan sehingga menyebabkan sekitar 17 hingga 40 hektar dari 135 hektar yang ada terendam banjir, dan ia berharap proses ini berjalan lancar. Sementara itu, Pemprov Jabar lainnya akan menyusul.
“Sekarang ada tugas-tugas lain yang akan kita lanjutkan ke Pak Gubernur, bagaimana beliau menyikapi sisanya yang belum dibahas. Nanti belum bisa kita jelaskan, karena masih perlu perencanaan,” pungkas Dian.
Upaya terpadu ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam mengakhiri siklus banjir yang menjadi tantangan besar warga setempat. (tertawa/tertawa)