Jakarta, CNN Indonesia —
Kabinet Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol disebut telah menyetujui pencabutan keadaan darurat militer.
Yun mengatakan undang-undang tersebut akan dicabut setelah parlemen dengan suara bulat setuju untuk memblokir keputusan tersebut.
Pernyataan itu disampaikan sebelum pukul 05.00 waktu setempat. Yoon akan segera mencabut perintah militer setelah mendapat dukungan dari kabinetnya.
Menurutnya, dirinya belum bisa mengumpulkan seluruh pembantunya di kabinet karena masih awal di Korea Selatan.
Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di luar gedung Majelis Nasional untuk berteriak dan bertepuk tangan untuk menyampaikan berita tersebut.
“Kami menang!” Mereka berteriak dan seorang pengunjuk rasa menabuh genderang, kata Reuters mengutip dia.
Cho Kook, pemimpin partai oposisi kecil, terlihat bertemu dengan pengunjuk rasa di luar gedung parlemen. Menurutnya, persoalan tersebut belum terselesaikan dan bersumpah akan membangkang terhadap Yoon dengan mengumpulkan suara dari pihak lain.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengumumkan darurat militer pada Selasa (3/12) waktu setempat dengan dalih melindungi negara dari “kekuatan komunis” di tengah perselisihan parlemen mengenai rancangan undang-undang anggaran.
“Untuk melindungi Korea Selatan yang liberal dari ancaman yang ditimbulkan oleh kekuatan komunis Korea Utara dan membasmi unsur-unsur anti-pemerintah. Saya dengan ini mengumumkan darurat militer,” kata Yoon dalam pidato langsung yang disiarkan televisi yang dikutip oleh AFP.
Dia lebih lanjut mengatakan bahwa “partai oposisi telah melumpuhkan pemerintah tanpa mempertimbangkan penghidupan rakyat hanya untuk pemakzulan, penyelidikan khusus dan untuk melindungi pemimpin mereka dari keadilan”.
Kebijakan mengejutkan ini muncul ketika Partai Kekuatan Rakyat yang dipimpin Yun terus berbenturan dengan oposisi utama Partai Demokrat. Partai Demokrat merupakan partai mayoritas di Parlemen dengan 300 anggota parlemen.
Kedua belah pihak terus berselisih soal rancangan anggaran tahun depan. Pekan lalu, anggota parlemen oposisi meloloskan rencana anggaran yang dikurangi secara signifikan melalui komite parlemen.
“Majelis Nasional kita telah menjadi sarang penjahat, sarang kediktatoran hukum yang bertujuan melemahkan sistem peradilan dan administratif serta melemahkan tatanan demokrasi liberal kita,” tuduh Youn.
Dia menuduh anggota parlemen oposisi memotong semua anggaran penting untuk fungsi utama negara, seperti memerangi kejahatan narkoba dan menjaga keselamatan masyarakat.
Pemerintahan Yoon melihat kesepakatan itu mengubah negaranya menjadi surga narkoba dan kekacauan keamanan publik.
Yoon kemudian menyebut oposisi sebagai “kekuatan anti-pemerintah yang bermaksud menggulingkan rezim” dan menyebut hasil tersebut “tidak dapat dihindari”.
“Saya akan melenyapkan kekuatan anti-pemerintah secepat mungkin dan mengembalikan negara ke keadaan normal,” tutupnya. (pta/pta)