Jakarta, CNN Indonesia —
Penelitian baru mengungkap praktik kanibalisme yang mengerikan di kalangan nenek moyang Inggris pada Zaman Perunggu Awal.
Penelitian ini dilakukan pada tulang-tulang yang ditemukan di situs Charterhouse Warren, barat daya Inggris. Para arkeolog menemukan bukti kekerasan brutal, termasuk tanda-tanda serangan kekerasan, mutilasi dan kanibalisme, sebelum jenazah dibuang ke lubang sedalam 15 meter.
“Sekitar 37 pria, wanita dan anak-anak dibunuh dan dipotong-potong, dan beberapa dari tubuh mereka kemungkinan dibakar, sebelum jenazah mereka dibuang ke lubang sedalam 15 meter di dataran tinggi batu kapur Perbukitan Mendip bersama dengan kumpulan hewan yang didominasi oleh binatang.” tulis tim peneliti dalam makalahnya, Senin (16/12).
Penemuan ini menunjukkan tingkat kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Inggris.
“Kami sebenarnya menemukan lebih banyak bukti kerusakan tulang dari periode Neolitikum di Inggris dibandingkan Zaman Perunggu Awal, sehingga Charterhouse Warren tampak seperti sesuatu yang tidak biasa,” Rick Schulting, arkeolog dari Universitas Oxford, mengutip Science. Peringatan.
Tim peneliti menganalisis lebih dari 3.000 fragmen tulang, yang meliputi tulang setidaknya 37 orang. Para peneliti memperkirakan bahwa tulang-tulang tersebut merupakan hasil peristiwa kekerasan yang terjadi antara tahun 2210 hingga 2010 SM.
Tulang-tulang tersebut menunjukkan tanda-tanda kerusakan parah, seperti retakan dan lubang di tengkorak, serta luka yang dilakukan pada saat kematian, yang menandakan kanibalisme.
Berbeda dengan penguburan yang menghormati orang mati, jenazah ini diperlakukan dengan sangat brutal. Analisis kimia menunjukkan bahwa mereka adalah penduduk lokal, bukan orang luar.
Selain itu, tidak ada bukti bahwa mereka ikut serta dalam pertempuran, yang menunjukkan bahwa para korban diserang dalam pembantaian brutal.
Adanya tulang sapi di kawasan yang sama tidak menutup kemungkinan konsumsi daging dilakukan karena kelaparan. Para peneliti berpendapat bahwa kanibalisme mungkin bertujuan untuk “merendahkan martabat” para korban, tidak memanusiakan mereka, dan memperlakukan mereka seperti binatang.
“Penyebab kekerasan masih belum jelas, namun kejadian tersebut mungkin merupakan bagian dari siklus pembalasan yang semakin meningkat akibat tekanan sosial dan politik di dalam atau di antara masyarakat Zaman Perunggu, dan oleh karena itu mungkin memiliki dampak dan konsekuensi,” tulis tim tersebut dalam makalahnya. diterbitkan di Purbakala.
Selain itu, terdapat indikasi wabah penyakit yang melanda Inggris selama periode ini, yang mungkin memperburuk ketegangan sosial dan memicu konflik antar kelompok. Namun, hubungan langsung antara wabah ini dan kekerasan di Charterhouse Warren masih belum jelas.
Penemuan ini memberikan wawasan baru mengenai sisi gelap masyarakat prasejarah Inggris.
“Charterhouse Warren adalah salah satu situs arkeologi langka yang menantang cara kita berpikir tentang masa lalu,” kata Schulting.
“Ini mengingatkan kita bahwa kekejaman manusia di zaman dahulu bisa disamakan dengan kekejaman di sejarah modern,” tambahnya.
Kajian ini menyoroti bahwa tindak kekerasan dan kanibalisme bukanlah sebuah kejadian tersendiri, namun merupakan bagian dari pola perilaku sosial yang lebih luas pada saat itu. (wnu/dmi)