Jakarta, CNN Indonesia —
Tim investigasi gabungan menggerebek kantor keamanan presiden Korea Selatan setelah parlemen memakzulkan Presiden Yoon Suk-yeol pekan lalu.
Menurut publikasi Yonhap Korea Selatan, penggerebekan ini bertujuan untuk menyita materi terkait darurat militer yang diumumkan pada 3 Desember.
Pencarian ini juga menargetkan server komputer layanan keamanan. Tim tersebut saat ini sedang menyelidiki riwayat panggilan telepon aman yang dilakukan oleh kepala polisi Korea Selatan Jenderal Cho Ji-ho.
Cho dan Kim Bong-sik, kepala Badan Kepolisian Metropolitan Seoul, memerintahkan petugas polisi untuk menutup kompleks Majelis Nasional untuk mencegah masuknya anggota parlemen.
Jika parlemen tidak bisa ikut serta, majelis umum luar biasa tidak akan bisa bersidang untuk menolak darurat militer.
Cho juga diduga mengirimkan petugas polisi ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Korea Selatan untuk membantu militer menjalankan perintah. Keduanya kini telah ditangkap oleh otoritas Korea Selatan.
Tim investigasi yang menangani gangguan akibat darurat militer terus melakukan penyelidikan. Pekan lalu, penggeledahan juga dilakukan di kompleks administrasi kepresidenan dan markas Kepala Staf Gabungan (JCS) di dekat kompleks kepresidenan.
Gedung JCS juga digunakan ketika darurat militer diumumkan pada 3 Desember.
Penggeledahan terbaru di kantor Paspampres Korea Selatan terjadi setelah parlemen menyetujui mosi untuk memecat Yoon dalam pemungutan suara pada hari Sabtu.
Yun dituduh secara langsung menyerukan darurat militer untuk menutup Majelis Nasional dan menangkap anggota parlemen.
Berdasarkan hasil pemungutan suara, diterima 204 orang, ditolak 85 orang, netral 3 orang, dan tidak sah 8 orang.
Berdasarkan peraturan Korea Selatan, pemakzulan bisa berhasil jika ada dua pertiga atau 200 suara.
Saat ini, pemakzulan tersebut sedang dibahas di Mahkamah Konstitusi untuk menentukan sah tidaknya pemakzulan tersebut.
(Yesus/DNA)