Jakarta, CNN Indonesia –
Presiden AS Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh negaranya dalam perang melawan Rusia untuk pertama kalinya.
Lampu hijau diberikan setelah Rusia meluncurkan ratusan rudal dan drone ke infrastruktur listrik Ukraina pada Minggu (17/11).
Menurut beberapa pejabat AS, izin tersebut diberikan untuk membantu Ukraina melawan pasukan Rusia yang didukung pasukan Korea Utara. Ribuan tentara Pyongyang saat ini berada di wilayah Kursk di Rusia barat untuk membantu Moskow merebut wilayah tersebut.
Kursk menjadi pangkalan militer Ukraina setelah melancarkan serangan mendadak pada musim panas lalu, tepatnya Agustus. Sebagian wilayah tersebut kini berada di bawah kendali tentara Ukraina.
Dalam laporan New York Times, para pejabat AS menyebut Biden memberikan izin tersebut karena melihat dinamika di medan perang.
Mereka mengatakan Biden khawatir militer Rusia mungkin bisa mengalahkan militer Ukraina di Kursk karena keterlibatan militer Korea Utara.
Sejak tahun lalu, badan intelijen AS telah melaporkan bahwa Korea Utara berencana untuk memasok rudal balistik kepada Rusia. Laporan intelijen ini menghadirkan masalah bagi Biden, seiring dengan kehadiran pasukan Korea Utara di Rusia saat ini.
Inilah sebabnya Biden mengizinkan Ukraina mempertahankan diri dengan senjata jarak jauh yang dirancang di Washington. Biden sendiri telah mengirimkan ratusan rudal ATACMS ke Ukraina sejak mendengar laporan intelijen mengenai rencana Korea Utara untuk memasok rudal balistik jarak jauh ke Rusia.
Saat itu, Biden mengizinkan Ukraina menggunakan ATACMS hanya di wilayah Ukraina, termasuk semenanjung Krimea, yang kini dikuasai Rusia. Dia tidak mengizinkan Kyiv menyerang wilayah Rusia dengan senjata tersebut.
Sejak itu, Ukraina telah menggunakan ATACMS dalam serangannya di Krimea dan Laut Hitam. Oleh karena itu, tidak diketahui berapa banyak rudal ATACMS yang tersisa di gudang senjata Ukraina untuk digunakan dalam penyerangan di wilayah Kursk.
ATACMS adalah rudal balistik supersonik yang mampu menyerang jauh ke Rusia pada jarak hingga 306 kilometer.
Menurut Institut Studi Perang, sekitar 250 target militer Rusia berada di wilayah ATACMS. (blq/rds)