Jakarta, CNN Indonesia –
Ketua DPP PKS Almuzjamil Yusuf mendukung pernyataan ketua daerah soal terpilihnya kembali DRP. Ia menilai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung perlu dievaluasi.
Pada Kamis (19/12), Muzamil melalui keterangan tertulis mengatakan, “PPS mendukung pembahasan pilkada melalui DRP yang digagas Presiden Pravo.
Menurut dia, anggaran langsung pilkada yang besar bisa diarahkan pada program-program yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Muzamil juga mengungkapkan, dana sebesar 80 triliun rupiah telah terpakai dalam pemilukada tahun 2017 dan 2024.
Dana besar tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti menciptakan lapangan kerja baru, memberikan modal usaha, memperbaiki infrastruktur jalan, membangun ruang kelas baru, menyediakan fasilitas kesehatan, dan lain-lain.
Pilkada langsung, selain memakan anggaran besar, juga diyakini dapat menimbulkan konflik horizontal di masyarakat. Kemudian, kata Muzamil, terkadang terjadi diskriminasi oleh kepala daerah terpilih yang tidak mendukungnya.
Ada juga diskriminasi pembangunan, seperti desa yang tidak banyak memilih calon pemenang, biasanya pembangunannya tidak menjadi prioritas, ujarnya.
Muzamil juga meyakini pilkada melalui DRP dapat menghilangkan berbagai bentuk kecurangan yang terjadi pada pilkada langsung. Ia yakin aparat penegak hukum akan lebih fokus pada kompetitor dan seluruh pihak yang terlibat.
“Jika pilkada dilakukan melalui DRP, berbagai bentuk kecurangan bisa diminimalisir bahkan dihilangkan,” kata Muzzamil.
“Pemilu melalui DRP juga merupakan bagian dari proses demokrasi dan pelaksanaan demokrasi perwakilan yang sejalan dengan sila ke-4 Pancasila. Kalaupun terpilih menjadi DRP, basis pengetahuan (etika dan moral) adalah hal yang mutlak. Implementasinya, lanjutnya.
Presiden Pravo Subianto menyampaikan pidato pada perayaan HUT ke-60 Partai Golkar di Sentul, Kamis (12/12) sebelum berpidato di pilkada melalui DRP.
Ia menilai pilkada melalui DRP lebih efektif. Ia mencontohkan banyak negara yang sudah melakukan hal ini: “Saya melihat negara-negara tetangga kita berfungsi, Malaysia, Singapura, India, begitu mereka memilih anggota DRD, begitu mereka memilih, maka DRD memilih gubernur dan gubernur. Bupati, kata Pravo.
Namun, para pengamat berpendapat bahwa pilkada melalui DRP sebenarnya bukanlah solusi terhadap tingginya biaya politik langsung.
Usulan tersebut dipandang sebagai pengalihan permasalahan yang dihadapi masyarakat di balik tembok dewan dari yang murni bersifat publik ke yang lebih privat.
Pada Senin (16/12), pengamat pemilu sekaligus dosen FISIP UI TT Angreni mengatakan, “Kami hanya memindahkan persoalan dari ruang publik ke ruang tertutup di DRP.”
(mab/tsa)