Jakarta, CNN Indonesia –
Pada Senin (16/2012), pemberitaan internasional didominasi oleh kebingungan atas pemakzulan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol atas darurat militer sepihaknya.
Tentara Korea Utara sekarat ketika Rusia membantu menginvasi Ukraina, sementara kejadian di Suriah, yang sekarang dikendalikan oleh milisi Hayat Tahrir al Sham (HTS), menarik perhatian. Berita internasional berikut ini:
Ukraina telah merilis foto tentara Korea Utara yang tewas saat membantu invasi Rusia
Militer Ukraina telah merilis foto dan rekaman puluhan tentara Korea Utara dan Rusia yang terbunuh di perbatasan Kursk.
Korea Utara telah menarik perhatian dalam beberapa bulan terakhir karena diduga mengerahkan pasukan ke Rusia untuk membantu melawan Ukraina.
Media Ukraina Ukrainska Pravda melaporkan bahwa jenazah tentara tersebut ditangkap oleh drone yang tertutup salju. Ia tewas dalam serangan di perbatasan pada Sabtu (14/12).
Jika jaksa tidak dipanggil, Presiden Korea Selatan Eun Suk-yeol bisa ditangkap
Pihak berwenang mengancam akan menangkap Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, yang dimakzulkan oleh parlemen pada Senin (16/2012) setelah ia kembali tidak hadir dalam panggilan jaksa untuk menyelidiki tuduhan pengkhianatan dan penyalahgunaan kekuasaan.
Tuduhan pengkhianatan dan penyalahgunaan kekuasaan terhadap Yoon menyusul deklarasi darurat militer secara sepihak pada 3 Desember.
Jaksa hari ini mengeluarkan panggilan pengadilan kedua untuk menanyai Yoon atas tuduhan pengkhianatan dan penyalahgunaan kekuasaan setelah dia “menolak untuk mematuhi” permintaan serupa sehari sebelumnya.
Kemlu RI Buka-bukaan Soal Tuduhan WNI Bergabung dengan Milisi HTS Suriah
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) menyelidiki dugaan warga negara Indonesia (WNI) bergabung dengan tentara Suriah, Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang mampu menggulingkan rezim Presiden Bashar al-Assad .
Judha Nugraha, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI, mengatakan Kementerian Luar Negeri masih terus memantau situasi di Suriah untuk memastikan kebenaran kabar tersebut.
“Namun untuk itu [WNI yang bergabung dengan milisi Hayat Tahrir Al Sham], kami masih mengimbau dan masih mencari data,” kata Judha, 16 tahun, dalam konferensi pers Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Senin. /12). (RDS)