
Jakarta, CNN Indonesia —
PT PLN (Persero) menargetkan penjualan listrik perseroan mencapai 327,7 terawatt jam (TWh) pada tahun 2025.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan target tersebut meningkat 6,7 persen dibandingkan target terakhir pada tahun 2024 sebesar 307,23 TWh.
“Target penjualan tenaga listrik dalam RKAP (rencana kerja dan anggaran perusahaan) tahun 2024 adalah 300 (TWh). Kita insyaallah berjuang keras, kita masih punya waktu satu bulan, kita selalu mendesak bagaimana kita bisa mulai dengan 300 TWh. Itu di tahun 2025. Kita bisa tumbuh sekitar 6,7 persen kita di 372,2 TWh, katanya di sidang dengan Komisi VI DPR RI pada Selasa. (3/12).
Pria yang akrab disapa Darmo ini menyebut rencana ini mengandung kekerasan. Sebab, pertumbuhan pada tahun 2015-2019 hanya tercatat sebesar 4,5 persen.
“Dan kami menargetkan 6,7 persen, itu target yang sangat tinggi. Makanya kita waspada dan dorong seluruh kekuatan kita mulai dari Panglima TNI, Dandim, Danramil, hingga semuanya bisa tercapai pada tahun 2025, imbuhnya.
Darmo juga menyampaikan, pada Oktober 2024 penjualan perseroan meningkat 16,36 TWh atau 6,88% YoY atau 6,9 TWh lebih tinggi dari target RKAP.
Penjualan akhir tahun 2025 diperkirakan mencapai 307,2 TWh, jauh lebih tinggi dibandingkan target RKAP 2024 dan merupakan kinerja penjualan tertinggi sepanjang sejarah.
Selain itu, Darmo juga melaporkan bahwa PLN akan menambah pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 67 gigawatt (GW) pada tahun 2033. Rencana ini berdasarkan hasil kerja sama dengan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Saat ini Kementerian ESDM dan PLN sedang mengerjakan RUPTL (rencana usaha penyediaan tenaga listrik) hanya untuk jangka waktu 10 tahun, artinya mulai tahun 2024 hingga 2033 total kapasitas terpasang menjadi 67 GW,” ujarnya.
Ia mengatakan, sebagian besar pembangunan pembangkit listrik berasal dari energi baru terbarukan (EBT).
“Dengan energi terbarukan (EBT) sebesar 46 GW, berarti 67 persen tambahan pembangkitan selama 10 tahun akan berbasis energi terbarukan,” tambah Darmo.
Dari model tersebut terdapat tambahan kapasitas produksi sebesar 100 GW pada tahun 2024 yang 75 persennya berbasis EBT, 5 persen energi baru, dan 20 persen gas.
“Jadi kalau kita melihat perubahan dari pembangunan berbasis minyak ke energi terbarukan ini akan diwujudkan dalam bentuk strategi tahun 2040,” ujarnya.
(del/agustus)