Jakarta, CNN Indonesia —
Korban tewas akibat runtuhnya jembatan di Brasil utara bertambah menjadi 10 orang pada Jumat, kata pejabat setempat.
Jembatan Jucelino Kubitschek de Oliveira, yang menghubungkan negara bagian Maranhão dan Tocantins, runtuh pada Minggu (22/12/12), menyebabkan kendaraan dan penumpangnya tercebur ke dalam air.
Angkatan Laut Brasil telah melakukan operasi penyelamatan di daerah tersebut dan lebih banyak mayat ditemukan 6 km dari lokasi jatuhnya pesawat pada Kamis (26/12) dan satu korban lagi di Sungai Tocantins pada hari Jumat.
Menurut Voice of America, pada Sabtu (28/12), Angkatan Laut mengatakan dalam pernyataannya memperbarui jumlah korban tewas dan hilang akibat runtuhnya jembatan: “Sejauh ini, 10 orang tewas dan tujuh hilang.”
Empat truk, dua mobil dan dua sepeda motor jatuh ke sungai, kata polisi yang berpatroli di perbatasan negara bagian Maranhao dan Tocantins di utara.
Lebih dari 70 tim penyelamat terus melakukan pencarian hampir seminggu setelah jembatan runtuh, menggunakan ruang hiperbarik untuk memungkinkan penyelam melakukan pencarian di kedalaman lebih dari 30 meter.
Pada Selasa (24/12), pihak berwenang Brasil memperingatkan bahwa Sungai Tocantins mungkin terkontaminasi oleh asam sulfat yang dibawa oleh dua truk yang terdampar.
Truk ketiga yang terlibat dalam kecelakaan itu membawa pestisida. Seorang juru bicara pemadam kebakaran kemudian mengatakan kepada AFP bahwa tangki ketiga truk tersebut “utuh” setelah ambruk.
Namun, ketika analisis air dan pemeriksaan trailer tangki bahan kimia truk dilakukan, bahaya bahan kimia memperlambat operasi penyelamatan dan pemulihan selama berhari-hari.
Jembatan sepanjang 533 meter yang menghubungkan kota Strato dan Aguarnopolis dibangun pada tahun 1960. Jembatan ini terletak 1300 km sebelah utara ibu kota Brasilia.
Jembatan yang awalnya dibangun pada tahun 1960 ini memiliki panjang sekitar 500 meter. Penyebab keruntuhan masih dalam penyelidikan, namun para pejabat mengatakan indikasi awal menunjukkan bahwa balok tengah jembatan runtuh. (WW/WW)