Jakarta, CNN Indonesia –
Kandidat Panel Pemeriksa (Cadewas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Benny Mamoto mengaku mengetahui alasan lembaga antikorupsi kerap gagal dalam sidang pendahuluan menetapkan tersangka korupsi.
Benny mengatakan, komisi antirasuah gagal dalam sidang pendahuluan karena penyidik tidak mengikuti prosedur hukum dan lemahnya kerja sama dengan aparat penegak hukum.
“Di situ kita lihat penyidik tidak profesional. Kemudian juga menunjukkan tidak ada kerja sama dengan instansi lain, dalam hal ini kejaksaan dan lain-lain,” kata Benny dalam pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang benar dan benar. ) dengan Komite III DPR di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu.
Benny mengatakan, contoh buruk ini harus segera diusut dan diperbaiki oleh seluruh pegawai dan manajemen KPK.
Dia menambahkan, kegagalan KPK dalam melakukan penyidikan praperadilan membuat para tersangka korupsi semakin berani menghadapi pertanyaan apakah mereka patut dicurigai atau tidak.
Jadi, jangan sampai komisi antirasuah gagal lagi, harus ada keterampilan kehati-hatian, ujarnya.
Di sisi lain, Benny mengaku kaget dengan kejadian uang ilegal di penjara KPK. Menurutnya, hal tersebut telah merusak citra lembaga antirasuah tersebut.
Selain itu, kata dia, KPK diakui sebagai lembaga yang mempunyai loyalitas dan tanggung jawab yang kuat dalam memberantas korupsi di Indonesia.
“Kami melihat ini dengan sangat baik karena kami sendiri terkejut, karena kami sering bekerja di penjara, situasinya sama. Situasi yang sama juga terjadi, ”.
Hal inilah yang menurunkan citra KPK, dan kepercayaan masyarakat masih rendah, lanjutnya.
Benny merupakan salah satu dari 10 calon KPK yang akan dipilih oleh Komite III DPR. Dari 10 Kadeva tersebut, Komisi III akan memilih 5 Kadeva yang dikirim dan diperiksa oleh Presiden Prabowo Subianto.
10 Pegawai KPK, Benny Jozua Mamoto, Chisca Mirawati, Elly Fariani, Gusrizal, Hamdi Hassyarbaini, Heru Kreshna Reza, Iskandar Mz, Mirwazi, Sumpeno, dan Wisnu Baroto (mab/rds)