Jakarta, CNN Indonesia —
Serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menghancurkan banyak fasilitas umum di wilayah tersebut.
Serangan Israel menghancurkan banyak sekolah, rumah sakit, pembangkit listrik, dan kawasan pemukiman yang semakin hari semakin bertambah.
Selain fasilitas tersebut, serangan Israel di Gaza telah menghancurkan banyak tempat ibadah seperti masjid dan gereja.
Banyak gereja di Gaza yang hancur sehingga menyulitkan umat Kristiani untuk beribadah.
Selain itu, jumlah gereja di Gaza tidak sebanyak jumlah masjid tempat umat Islam beribadah.
fun-eastern.com St. Berikut daftar gereja di Gaza yang dihancurkan Israel yang dihimpun Gereja Ortodoks Porphyrius.
Gereja Ortodoks St. Porphyrius adalah salah satu dari segelintir gereja di Gaza, Palestina. Gereja ini juga merupakan salah satu gereja tertua di dunia.
Pada tanggal 18 Oktober 2023, Israel melancarkan serangan terhadap Gereja Saint Porphyrius, menyebabkan kerusakan parah di beberapa sudut bangunan dan menewaskan sedikitnya 18 orang.
Saat itu, negara Zionis sengaja melancarkan serangan ke Gereja St. Porphyrius karena banyak pengungsi Palestina di sana.
“Itu adalah rudal roket yang sangat besar. Orang-orang dari aula lain juga keluar dalam bentuk debu putih,” kata Rami Taraji, salah satu pengungsi.
“Kami menemukan 16 orang dalam keadaan terpotong-potong dan dua jenazah utuh,” lanjut Tarazi, seperti dilansir BBC.
Selain sebagai tempat ibadah, Gereja St. Porphyrius juga menjadi tempat pengungsian umat Kristiani Palestina.
Tercatat sekitar 1000 umat Kristiani di Gaza memiliki ikatan yang kuat dengan Gereja, menurut Gereja Keluarga Suci Timur Tengah.
Israel kembali menyerang Gereja Keluarga Kudus di Gaza pada Desember 2023, dua bulan setelah menyerang Gereja St. Porphyrius.
Saat itu, beberapa tank tentara Zionis menembakkan beberapa rudal ke berbagai bagian gereja.
Serangan tersebut menyebabkan kebakaran besar dan menghancurkan satu-satunya generator yang menjadi sumber listrik Gereja Keluarga Kudus.
Padahal, saat penyerangan terjadi, ada sekitar 54 umat Kristiani yang mengungsi di gereja tersebut.
Saat itu, serangan tersebut membuat banyak warga Kristen di Gaza merasa putus asa. Mereka khawatir tidak bisa hidup merayakan Natal bersama keluarga.
Sebab, saat itu, serangan Israel terhadap tempat-tempat keagamaan, termasuk gereja, semakin hari semakin berbahaya.
“Saya tidak yakin saat ini apakah mereka akan hidup sampai Natal,” Moran, salah satu pengungsi, seperti dikutip BBC di sebuah gereja Baptis Gaza.
Gereja Baptis Gaza adalah satu-satunya gereja Baptis di wilayah tersebut.
Sehari setelah Natal 2023, tepatnya 26 Desember, beberapa rudal milik pasukan militer Israel menyerang gereja ini.
Serangan tersebut menghancurkan seluruh bagian gedung gereja. Padahal, saat penyerangan terjadi, ada 70 orang yang berlindung di gereja tersebut.
“Kami sangat sedih melihat foto-foto ini. Saat kami membangun gedung ini secara bertahap pada awal tahun 2000an,” kata Hannah Massad, seorang pendeta Kristen di Gereja Baptis Gaza, seperti dilansir World & Way.
“Tempat ini menjadi cahaya bagi banyak orang di Gaza untuk mengenal Tuhan dan kami berdoa semoga tempat ini menjadi berkah bagi masyarakat kami,” lanjutnya.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengutuk serangan Israel terhadap situs keagamaan di Gaza.
Sebab, berdasarkan kaidah hukum internasional, gereja merupakan salah satu objek yang tidak bisa dijadikan sasaran langsung (targeted attack) jika terjadi perang.
Namun Israel terus menyerang tempat ibadah, termasuk gereja, hingga saat ini. (gas/blok)