Jakarta, CNN Indonesia —
Produksi minyak mentah (BBM) Indonesia akan mencapai 505 juta barel pada tahun 2023, kata Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Pemanfaatan utamanya adalah pada sektor transportasi.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menjelaskan konsumsi BBM sektor transportasi mencapai 248 juta barel atau 49 persen dari total konsumsi. Konsumsi terbesar kedua adalah sektor industri sebesar 171 juta barel atau 34 persen.
Sedangkan sektor energi menyumbang 38,5 juta barel atau 8 persen, dan sektor penerbangan menyumbang 28,5 juta barel atau 6 persen. Pemerintah terus menahan tingginya konsumsi tersebut dengan melakukan berbagai langkah untuk mengurangi konsumsi energi fosil.
“Sebaliknya, untuk menekan laju konsumsi bahan bakar, pemerintah mendorong penggunaan EV (kendaraan listrik) dan EBT (energi terbarukan),” ujarnya pada konferensi Down Migas & Expo BPH Migas di Hotel Intercontinental. Jakarta, Kamis (12/12).
Menurut Juliet, mengurangi konsumsi energi bukanlah hal yang mudah. Namun jika hal tersebut tidak dilakukan sekarang, Indonesia akan terlambat.
“Tantangan peningkatan kapasitas migas untuk menjamin ketahanan energi, akses, keterjangkauan, dan biaya listrik masih menjadi tantangan energi bangsa,” ujarnya.
Oleh karena itu, pemerintah memanfaatkan energi hijau semaksimal mungkin. Hal ini terlihat dari upaya PT Pertamina (Persero) yang meluncurkan beberapa produk minyak ramah lingkungan.
“Kebijakan migas di sektor hilir merupakan upaya pengamanan pasokan dan peningkatan ketahanan energi dengan menggerakkan energi menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dan baik bagi lingkungan untuk mendukung liberalisme,” ujarnya.
Ia mengatakan prioritas berikutnya adalah mendukung upaya Pemerintah untuk menjaga akses dan keterjangkauan listrik, khususnya energi bersih bagi masyarakat di seluruh negeri. Namun masih banyak kendala seperti konstruksi.
“Tantangan pembangunan dan pengembangan infrastruktur migas bawah tanah karena alasan ekonomi, implikasi kebijakan, dan wilayah kita termasuk pulau-pulau yang memerlukan infrastruktur terintegrasi,” ujarnya.
(ldy/sfr)