Jakarta, CNN Indonesia —
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan pemilu yang bebas dan adil di Suriah pasca lengsernya Presiden Bashar al-Assad beberapa waktu lalu. Penggulingan tersebut menggulingkan rezim Assad yang telah berkuasa selama lebih dari setengah abad.
Salah satu dari banyak harapan adalah munculnya Suriah baru setelah sekian lama berada di bawah pemerintahan Assad, kata Geir Pedersen, utusan khusus Suriah untuk PBB.
“Suriah baru… akan mengadopsi konstitusi baru… dan ketika saatnya tiba setelah masa transisi, kami akan menyelenggarakan pemilu yang bebas dan adil,” kata Geir Pedersen, AFP, Kamis (19/12).
Menyerukan pengiriman bantuan kemanusiaan segera, ia menyatakan harapan bahwa sanksi internasional yang dikenakan terhadap Suriah karena pelanggaran yang dilakukan Assad akan berakhir.
Harapan terhadap pemilu yang bebas dan adil muncul setelah Assad meninggalkan Suriah. Mereka melarikan diri setelah serangan yang dipimpin oleh militan Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang memicu salah satu pertempuran paling berdarah di sana.
Penggulingan Bashar al-Assad mengakhiri kekuasaan keluarganya di Suriah yang berlangsung hingga meninggalnya Hafez Assad pada 22 Februari 1971, kemudian dimulai pada 17 Juli 2000, dan berakhir pada 8 Desember 2024.
Perang saudara yang terjadi selama bertahun-tahun sangat bergantung pada bantuan, sehingga sangat terpecah belah dan membutuhkan keadilan dan perdamaian.
Khawatir akan eskalasi lebih lanjut antara AS dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi dan kelompok yang didukung Turki, Pedersen kemudian mengatakan bahwa situasi di wilayah timur laut Suriah yang dikuasai Kurdi kini menjadi masalah besar.
Turki menuduh Unit Perlindungan Rakyat (YPG), yang merupakan komponen utama SDF, memiliki hubungan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dianggap Washington dan Ankara sebagai kelompok “teroris”.
Pada Selasa (17/12), Amerika Serikat menyatakan telah menjadi perantara perpanjangan gencatan senjata di Manbij. Dia mencari pemahaman yang lebih luas dengan Turki.
Namun pada Rabu (18/12), pemantau perang Suriah mengatakan 21 pejuang pro-Turki tewas dalam gencatan senjata setelah mereka menyerang posisi yang dikuasai Kurdi di dekat Manbij.
“Setidaknya 21 anggota faksi pro-Turki tewas dan lainnya terluka dalam penembakan yang dilakukan oleh Dewan Militer Manbij menyusul serangan yang dilakukan oleh faksi pro-Turki,” demikian laporan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia. (AFP/Kris)