Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto akan menggunakan formula yang hampir sama di era Soeharto untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen.
Rumusannya adalah konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor. Airlangga mengatakan formula ini mampu meningkatkan perekonomian hingga 8,2 persen pada tahun 1995.
Namun, Airlangga mengatakan ada perbedaan antara cara pemerintahan Soeharto dan pemerintahan saat ini digunakan untuk mendongkrak perekonomian.
Jika sebelumnya Soeharto mengandalkan minyak sawit, tekstil, serta migas, maka pemerintahan Prabowo akan berkontribusi pada hilirisasi, ekonomi digital, dan semikonduktor.
Pemerintah juga tidak mau hanya bergantung pada bahan baku atau barang saja, karena jika harga turun maka kesejahteraan masyarakat bisa terganggu.
“Di sisi hilir, perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut terhadap struktur sektor manufaktur, karena sektor manufaktur menyumbang hampir 20 persen PDB kita. Jadi pendalaman struktur tersebut akan mendorong nilai tambah,” imbuhnya.
Ia juga menekankan pentingnya investasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen. Dalam pemaparannya disebutkan perlunya pertumbuhan investasi tahunan sebesar 10 persen.
Namun bukan hanya investasi saja yang harus ditingkatkan, lanjut Airlangga, Incremental Capital Output Ratio (ICOR) juga harus diturunkan.
ICOR merupakan parameter yang menggambarkan besarnya tambahan modal yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu unit. Dengan kata lain, semakin tinggi skor ICOR maka semakin tidak efisien investasi tersebut.
Saat ini ICOR Indonesia, kata Airlangga, berada di peringkat ke-6 dengan investasi sebesar 32 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Sehingga pertumbuhan ekonomi berada di level 5 persen.
Jika ICOR bisa ditekan, Airlangga yakin pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 8 persen.
“Kalau ICOR kita bisa diturunkan seperti sebelum krisis keuangan, ICOR kita 4, maka investasi naik 32 persen, pertumbuhan ekonomi 8 persen,” ujarnya.
(fby/sfr)