Jakarta, CNN Indonesia —
Drama Korea Selatan “Light Shop” memikat pemirsa dengan kisahnya yang mengharukan. Ceritanya berfokus pada beberapa pasien yang koma setelah kecelakaan bus, dan mereka hidup di antara dunia nyata dan dunia khayalan.
Salah satu plotnya adalah fenomena yang dialami pasien koma, yakni delirium. Kondisi ini sering kali dianggap sebagai gangguan medis yang tidak terdiagnosis, namun kondisi ini dapat berdampak serius pada kesehatan mental dan fisik seseorang. Apa itu mengigau?
Menurut Health Direct, delirium adalah penyakit mental yang menyebabkan seseorang mengalami perubahan pikiran dan perilaku secara tiba-tiba. Kondisi ini tidak berlangsung selamanya, namun bisa berlangsung selama beberapa jam bahkan beberapa hari.
Siapa pun dapat mengalami delirium, namun lebih sering terjadi pada pasien lanjut usia. Selain itu, orang yang sedang koma juga bisa terkena penyakit ini.
Gejala mengigau
Seperti masalah kesehatan lainnya, delirium muncul dengan beberapa gejala. Merujuk laman Cleveland Clinic, berikut beberapa gejala yang biasa dialami pasien.1. Bingung
Pasien bingung. Seringkali sulit untuk memahami waktu, tempat atau situasi disekitarnya 2. halusinasi dan delusi
Pasien merasa sedang melihat atau merasakan sesuatu yang tidak nyata.3. Perubahan perilaku
Perilaku pasien dapat berubah. Misalnya saja sedang marah, kesal, atau terlalu pasif. Gangguan tidur
Pola tidurnya terganggu, apalagi pada malam hari (saat matahari terbit) lebih tenang 5. Kesulitan berkonsentrasi
Pasien sulit berkonsentrasi. Tidak dapat mengingat atau berkonsentrasi pada hal-hal sederhana.
Gejala-gejala ini sering kali bervariasi dengan hiperaktif (puasa dan agresi), hipoaktif (lesu dan tidak responsif), atau kombinasi keduanya.
Penyebab mengigau
Delirium dapat terjadi karena beberapa alasan. Kebanyakan pasien yang mengalami delirium biasanya memiliki kondisi medis yang sangat serius. Misalnya infeksi, trauma kepala, atau komplikasi penyakit kronis.
Alternatifnya, delirium juga bisa terjadi karena kurangnya rangsangan sensorik, yaitu ketika tubuh dan pikiran kekurangan rangsangan, seperti saat sendirian atau dalam keadaan koma.
Meski delirium tidak bersifat permanen, namun dapat menimbulkan komplikasi jika tidak ditangani dengan baik. Komplikasi utama berhubungan dengan kondisi mental pasien.
Komplikasi yang mungkin terjadi termasuk memburuknya demensia, depresi, atau PTSD pada pasien pasca koma, serta hilangnya kemampuan kognitif atau fisik secara permanen.
Jadi apa yang harus dilakukan?
Salah satu cara mengatasi delirium adalah dengan memberikan rangsangan sensorik dan emosional yang cukup. Peran keluarga sebagai pemberi dukungan emosional pada pasien delirium sangat penting.
Kehadiran anggota keluarga dapat mengurangi isolasi pasien, memberikan kenyamanan dan membantu menghubungkan mereka dengan kenyataan. (tst/asr)