Jakarta, CNN Indonesia —
NASA sedang mengembangkan robot penjelajah bulan canggih yang disebut Endurance. Penjelajah ini dirancang untuk tahan terhadap tantangan ekstrem di bulan, termasuk suhu beku di malam hari.
Dengan misi potensial untuk mengumpulkan sampel dari wilayah utama bulan, Endurance akan menjadi bagian integral dari program Artemis NASA.
Misi utama Endurance adalah menjelajahi Cekungan Kutub Selatan Bulan, wilayah luas di sisi jauh Bulan yang dianggap sebagai harta karun geologis. Wahana ini akan mengumpulkan sampel dari berbagai lokasi penting di Bumi untuk dianalisis nanti.
Sampel-sampel ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru tentang asal usul dan evolusi Bulan, serta potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan di masa depan.
Dua jenis konsep toleransi telah dikembangkan. Pertama, Endurance-R (robot) yang dapat mengirimkan sampel ke kendaraan pengangkut otomatis untuk dibawa kembali ke Bumi.
Kedua, Endurance-A (Astronaut) mengorbit kutub selatan Bulan untuk mengirimkan sampel ke astronot, yang kemudian akan membawa beberapa sampel kembali ke Bumi.
Dengan tujuan mencakup 12 lokasi penting di Kutub Selatan Bulan, Endurance akan mengumpulkan berbagai sampel geologi dan menjadi pionir dalam eksplorasi bulan secara otonom.
Teknologi ketahanan
Daya tahan dirancang menggunakan berbagai teknologi canggih untuk memungkinkan pengoperasian di lingkungan yang keras. Salah satu inovasi utamanya adalah kemampuannya untuk beroperasi selama siklus siang-malam bulan, termasuk suhu ekstrem dan kondisi pencahayaan yang bervariasi.
Kemampuan ini menjadikan Endurance sebagai penjelajah pertama yang beroperasi pada malam hari di Bulan.
Menurut James Keane, ilmuwan peneliti di Jet Propulsion Laboratory (JPL), yang terlibat dalam studi konsep misi Endurance, kendaraan tersebut dirancang untuk melampaui kinerja penjelajah Mars Endurance.
“Endurance akan melaju sekitar 100 kali lebih jauh, lebih cepat, dan mengumpulkan massa sampel 200 kali lebih banyak daripada Endurance. Endurance juga akan menjadi penjelajah planet pertama yang berangkat pada malam hari. Ini adalah misi di orbit yang belum pernah kami coba sebelumnya.” Selesai,” kata Keane, dilansir Space.com, Selasa (17/12).
Endurance juga dilengkapi dengan kemampuan navigasi otonom yang canggih, sehingga rover dapat melaju sepuluh kali lebih cepat dibandingkan Persib. Otonomi ini sangat penting untuk eksplorasi wilayah yang luas seperti cekungan SPA yang diameternya lebih dari 2.000 km.
Sains akan memainkan peran utama dalam keberhasilan misi ini. Kean menjelaskan, bearing akan beroperasi dalam mode “ground-in-the-loop” saat tiba di lokasi pengambilan sampel. Artinya, para ilmuwan di Bumi akan memiliki kendali penuh atas lokasi penyelidikan dan memutuskan sampel mana yang akan diambil.
Namun saat melakukan perjalanan antar lokasi, ketahanannya akan bergantung sepenuhnya pada sistem navigasi dan pengambilan keputusan secara otonom.
Dukungan dan tantangan pendanaan
Meskipun teknologi yang digunakan sangat mengesankan, tantangan besar lainnya adalah pendanaan. Project Endurance adalah bagian dari Lunar Discovery and Exploration Program (LDEP) NASA, yang juga mendanai proyek-proyek seperti Commercial Lunar Payload Services (CLPS) dan Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO).
Namun kompleksitas dan biaya tinggi yang dibutuhkan untuk membangun toleransi dapat menguras anggaran LDEP.
Clive Neal, pakar eksplorasi bulan di Universitas Notre Dame, berpendapat bahwa alokasi anggaran tersendiri untuk misi ini diperlukan agar tidak mengganggu program lain seperti CLPS.
Sejarah menunjukkan bahwa misi-misi semacam itu seringkali menghadapi tantangan pendanaan yang serius. Misalnya, penjelajah VIPER yang dirancang untuk menjelajahi Kutub Selatan Bulan harus dibatalkan karena keterbatasan anggaran.
Neal memperingatkan bahwa sesuatu bisa terjadi pada pasien jika tidak diprioritaskan untuk mendapatkan pendanaan yang memadai.
“Meski hasil ilmiahnya sangat tinggi, namun biayanya juga sangat tinggi, jauh lebih besar dari yang digunakan untuk VIPER,” ujarnya. (wnu/dmi)