Jakarta, CNN Indonesia.
Komisi Pemilihan Umum (GEC) mengakui tingkat partisipasi pemilih pada Pilkada Serentak 2024 mengalami penurunan dibandingkan beberapa event sebelumnya.
Ketua KPU Mochamad Afifuddin membandingkannya dengan tingkat partisipasi pemilih pada Pilpres dan Legislatif 2024. Menurutnya, nuansa dan hype Pilpres dan Pilkada berbeda, meski berlangsung di tahun yang sama.
“Data kami, angkanya 68 persen di seluruh Indonesia. Jadi rata-rata di dalam negeri sekitar 68 persen,” kata Afif, Rabu, 12 April, di Kompleks Parlemen, Jakarta. .
Pemilihan presiden dan parlemen tahun 2024 diadakan pada bulan Februari lalu, dengan jumlah pemilih melebihi 81 persen. Sedangkan Pilkada serentak terakhir dilaksanakan pada tahun 2020 dengan tingkat partisipasi sebesar 76,09 persen.
Afif mengatakan, memang ada perbedaan antara Pilkada Serentak 2024 dengan Pilkada sebelumnya. Selain pilkada serentak di seluruh daerah, acara kali ini akan dilaksanakan pada tahun yang sama dengan pilkada serentak.
Ia berpendapat, evaluasi harus dilakukan dari berbagai sudut pandang. Salah satu kekhawatiran tersebut adalah peningkatan upaya sosialisasi pilkada guna meningkatkan partisipasi pemilih. Afif juga menilai CPU harus lebih fleksibel dalam mempersiapkan dua event besar dalam satu tahun kalender.
“Tentu saja, kita harus mengevaluasi secara hati-hati baik politik dalam negeri maupun situasi lainnya,” kata Afif.
“Kami di KPU menerima segala masukan, penilaian, dan informasi untuk perbaikan ke depan,” lanjutnya.
Partisipasi pemilih pada JP 2024 dilaporkan rendah di beberapa daerah. Misalnya, tingkat partisipasi pada Pilgub DKI di Jakarta sebesar 50 persen.
Hitung cepat yang dilakukan Lembaga Penelitian Indonesia menunjukkan partisipasi pemilih pada Pilgub Jakarta sebesar 57,69 persen. Angka politik Indonesia menunjukkan bahwa 67,76 persen. (dhf/ca)