Jakarta, CNN Indonesia
Peneliti penggemar K-pop asal Korea Selatan Gangsim Eom mengatakan gelombang Indonesia memiliki potensi global yang sama dengan gelombang Korea (halyu).
Simmi, yang akrab dipanggil Gangsim, meneliti Korean wave di Indonesia dan pandangannya terhadap wilayah ginseng secara umum.
“Saya juga melihat Indonesia mempunyai potensi yang besar. Ini negara yang terbentuk dari keberagaman Bhinneka,” kata Simmi dalam konferensi di Hotel Meridien, Jakarta Pusat, Senin (9/12).
Pernyataan Simmi tersebut muncul dalam diskusi yang diadakan oleh Kebijakan Luar Negeri Masyarakat Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation (KF). Diskusi ini merupakan bagian dari Program Jaringan Jurnalis Generasi Penerus Indonesia di Korea 2024.
Simmy percaya bahwa yang penting bagi pasar budaya populer adalah menjadikan budaya lokal Indonesia diterjemahkan ke khalayak global, tidak hanya ke negara-negara Asia lainnya.
Dalam kesempatan itu, peneliti yang sedang menempuh studi doktoral di Universitas Oxford juga menunjukkan perjalanan gelombang Korea yang tidak terjadi dalam semalam.
Simmi mengatakan Korean Wave merupakan “proyek besar” Korea Selatan yang dimulai pada tahun 1990an.
Saat itu, Korea Selatan di bawah pemerintahan Kim Dae Jung sedang berusaha melawan hegemoni negara tetangga seperti China dan Jepang, serta kendali AS.
“Dia menekankan pada sumber daya manusia dan soft energy [melalui industri budaya]. Hegemoni budaya harus kita miliki,” kata Simmi.
Ia mengatakan film Korea Selatan bisa menghasilkan konten yang bagus karena harga yang diiklankan sesuai dengan ketentuan pihak berwenang.
Pemerintah juga harus mampu menunjukkan nilai-nilai tersebut di kancah dunia.
“Ini cara merebut hati orang, jangan dipaksakan,” kata Simmy.
Ia mengatakan, untuk mencapai stabilitas diperlukan dukungan anggaran dari pemerintah.
Hallyu mendapatkan popularitas di beberapa negara Asia pada pertengahan tahun 1990an.
Pada tahun 1997, serial TV berjudul What Is Love ditayangkan di Tiongkok. Serial ini menempati peringkat kedua dalam video impor Tiongkok sepanjang masa. Dari sinilah muncul kata Hallyu.
Gelombang Korea kemudian mencapai Jepang pada tahun 2003 ketika sekuelnya, Winter Sonata, ditayangkan di NHK.
Kemudian pada pertengahan tahun 2000an hingga awal tahun 2010an, penyebaran Korean wave didominasi oleh boyband dan girlgroup Korea seperti Big Bang, Girls’ Generation, dan Kara.
Selama ini Korean wave telah memperluas jangkauannya hingga ke kancah dunia, termasuk Amerika Serikat, Amerika Latin, dan Timur Tengah.
Seiring berjalannya waktu, Korean wave terus berkembang dan mempengaruhi bidang lain seperti budaya, makanan, sastra, dan bahasa tradisional Korea yang juga disukai para penggemarnya.
Di Indonesia, pengaruh Korean wave juga terlihat dari maraknya restoran Korea dan banyaknya penggemar K-Pop. (isa/bac)