Jakarta, CNN Indonesia —
Calon gubernur nomor urut 1 DKI Jakarta, Ridwan Kamil (RK) memaparkan 12 kebijakan yang akan diambil untuk menghilangkan permasalahan pencemaran jika terpilih pada Pilgub Jakarta 2024.
“Konsep kami DKI, pemekaran, kolaborasi dan inovasi. Saya harus bekerja sama dengan berbagai kelompok, termasuk masyarakat sipil, untuk mengimplementasikan ide-ide saya dalam mengurangi polusi,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Sabtu (16/11).
Langkah pertama yang dilakukan adalah memperbaiki format spasial dengan menayangkan permainan secara langsung dalam satu area.
“Kami ingin menunjukkan budaya baru, bagaimana masyarakat bisa produktif, tapi mobilitasnya sedikit. Butuh ide baru untuk bisa produktif, tidak perlu banyak bergerak. di banyak tempat di Jakarta,” ujarnya.
Kedua, mengatur lalu lintas atau memperluas angkutan umum. Ke depan, kata dia, operasional TransJakarta akan diperluas ke wilayah yang lebih terkonsentrasi seperti Bogor, Bekasi, dan Tangerang.
Ketiga, membuat kebijakan terkait kendaraan listrik. Keempat, menjadwalkan jam kerja, termasuk menerapkan kebijakan bekerja dari rumah.
Kelima, menegakkan kebijakan pengujian rilis. Keenam, mendorong pengelolaan hijau dengan meningkatkan kegiatan penanaman pohon.
“Kami menargetkan penanaman 3 juta pohon dalam lima tahun dan berharap dapat menurunkan suhu di Jakarta sebesar 2 derajat,” ujarnya, Selasa. Menurut dia, masih banyak ruang di Jakarta yang bisa dijadikan ruang hijau.
Saya berharap, karena lahannya belum dikembangkan, Pemprov DKI akan menempati lahan tersebut untuk dimanfaatkan dan menciptakan lahan hijau, ujarnya.
Ketiga, menunjukkan taman bagian atas. Ke depan, rumah beratap datar sebaiknya ditanami pohon. Kesembilan, mendorong pengendalian teknis agar kebijakan konsisten dengan data terkini.
Jadi bawalah truk es. Transportasi pembangkit listrik energi. Terakhir, pengelolaan keuangan harus dikelola untuk menghasilkan anggaran iklim.
“Truk kabut ini diperkenalkan di Tiongkok. Setiap pagi truk ini disemprot H2O untuk mengurangi partikel penyebab polusi. Cara ini membutuhkan teknologi untuk bisa mengambil keputusan berdasarkan data yang ada saat ini juga,” ujarnya. (Y y)