Jakarta, CNN Indonesia —
Para peneliti akhirnya menemukan gunung berapi misterius yang pernah meletus dan mendinginkan bumi.
Gunung tersebut adalah Gunung Zwaritsky yang terletak di sebuah pulau tak berpenghuni bernama Kepulauan Kuril. Pulau ini berada di kepulauan Simoshir yang terletak di perbatasan Jepang dan Rusia.
“Zavaritsky terletak di pulau yang sangat terpencil antara Jepang dan Rusia. Tidak ada seorang pun yang tinggal di sana, dan catatan sejarah hanya menunjukkan sejumlah kecil kapal yang melewati pulau itu setiap beberapa tahun sekali,” kata peneliti dari Fakultas Ilmu Bumi dan Lingkungan Will dibatasi.” William Hutchison, Universitas St. Andrews, Inggris, dilansir CNN, Jumat (3/1).
Pada tahun 1831, terjadi letusan gunung berapi yang menurunkan suhu bumi. Selama 200 tahun, para ilmuwan tidak dapat mengidentifikasi sumber letusan gunung berapi.
Letusan ini merupakan salah satu letusan gunung berapi terkuat pada abad ke-19.
Peristiwa ini terjadi di akhir “Zaman Es Kecil”. Itu adalah periode terdingin di Bumi dalam 10.000 tahun terakhir.
Misteri asal mula letusan terungkap para ilmuwan setelah mengambil sampel inti es di Greenland. Dia melihat kembali “lapisan inti untuk memeriksa isotop belerang, butiran abu, dan potongan kecil kaca vulkanik yang disimpan antara tahun 1831 dan 1834.”
Para ilmuwan menggunakan geokimia, penanggalan radioaktif, dan model komputer untuk menentukan arah pergerakan partikel. Hasilnya, mereka menemukan bahwa gunung berapi misterius terletak di bagian barat laut Samudera Pasifik. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences yang diterbitkan pada Senin (30/12).
“Untuk banyak gunung berapi di Bumi, terutama di daerah terpencil, kita kurang memahami sejarah letusannya,” katanya.
Dengan minimnya informasi tentang Zavaritskii pada abad ke-19, tidak ada yang menduga bahwa gunung tersebut adalah sumber letusan. Para ilmuwan sebenarnya meyakini letusan yang mendinginkan bumi berasal dari gunung berapi Babuyan Claro di Filipina.
Stefan Brönnimann, Kepala Unit Klimatologi di Universitas Bern, Swiss, mengatakan: “Letusan ini berdampak pada iklim global, namun sejak lama disalahartikan sebagai letusan gunung berapi tropis. (dhf/sfr)