Jakarta, CNN Indonesia –
Sofian Tan, Anggota Komisi X DPR dari Fraksi PDIP, mengkritisi wacana perubahan kurikulum mandiri yang ada saat ini.
Sofyan menyebutkan, perubahan kurikulum akan berdampak pada berbagai infrastruktur pendidikan, khususnya dalam konteks infrastruktur sumber daya manusia. Hal ini berdampak pada 3.328.000 guru.
“Perubahan kurikulum akan berdampak pada lebih dari 3 juta guru. Sayang sekali mereka harus belajar kembali dan menyesuaikan diri dengan kurikulum baru. Padahal kemarin mereka kesulitan,” kata Sofyan dalam keterangannya, Jumat (8/1/2019).
Sofyan menilai perlu upaya besar untuk melakukan perubahan kurikulum di setiap pergantian pemerintahan.
Di komisi DPR
Menurut Sofyan, pemerintah sebaiknya hanya mengubah pedoman kurikulum yang sudah ada. Upaya tersebut dilakukan agar tidak terjadi perubahan kurikulum secara total.
Yang masih kurang akan diperbaiki. Saya yakin perubahan itu penting, tapi bukan berarti harus terus berubah, karena dampaknya sangat penting,” ujarnya.
Selain itu, ia khawatir perubahan kurikulum hanya akan menambah defisit pendidikan siswa. Sebab tidak semua sekolah siap menghadapi perubahan besar.
Menurutnya, perubahan kurikulum baru juga dapat mempengaruhi psikologi siswa. Oleh karena itu, dia mengimbau pemerintah tidak melakukan perubahan apa pun terhadap kurikulum mandiri.
“Daripada mengubah kurikulum, lebih baik anggaran dibelanjakan untuk peningkatan mutu layanan pendidikan. Misalnya saja untuk memperbaiki sarana/prasarana pendidikan di daerah yang masih kurang memadai. “Kami masih melihat banyak sekolah yang kekurangan ruang,” ujarnya.
Menteri Pendidikan Dasar Abdul Muati sebelumnya menyatakan akan mengkaji ulang penerapan kurikulum mandiri. Pengumuman tersebut disampaikannya pada Senin (21/10) di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta bersama Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2019-2024, saat acara penandatanganan.
Muati mengatakan Kurikulum Merdeka masih tergolong baru. Meski dikatakan harus diterapkan di tingkat nasional, namun menurutnya pada praktiknya tidak diterapkan di semua sekolah.
“Coba lihat, kita tidak terburu-buru terjun ke dunia politik. “Selain itu, ada perselisihan di masyarakat saat ini,” ujarnya. (thr/fra)