Jakarta, CNN Indonesia –
Center for Economic and Legal Studies (Celios) menemukan, anggaran makan gratis sebesar Rp10.000 per hari saja tidak cukup.
Peneliti Celios Bakhrul Fikri mengatakan anggaran pemerintahan Presiden Prabowo Subianto tidak sesuai. Sebenarnya ada standar yang ditetapkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).
Dalam konsultasi publik dan laporan kami menyatakan bahwa pada tahun 2021, standar untuk mendapatkan makanan bergizi gratis atau makanan bergizi di Indonesia adalah setidaknya satu orang FAO harus mengeluarkan USD 4,7 per hari atau sekitar USD 73,681. Siapa yang kenyang?”, Senin 30 Desember.
“Jadi ada selisih sekitar $63.000 yang harus dibayar pemerintah jika benar-benar ingin memberantas masalah gizi buruk,” ujarnya.
Jika dihitung tiga kali makan, anggaran makan gratis seharusnya Rp 23.681 per makan.
Di sisi lain, Selios mengkritisi rencana pemerintah yang mengusulkan pembagian makanan bergizi gratis. Pemerintah dinilai tidak bisa merealisasikan anggaran Rp 71 triliun tersebut.
Vahyudi Askar, direktur kebijakan publik Celios Media, mengatakan tingkat korupsi bisa mencapai 12 persen jika pemerintah terus melaksanakan program tersebut secara terpusat. Terlebih lagi, pengaturan terpusat yang melibatkan banyak pihak, dapat menyebabkan kebocoran anggaran yang lebih besar.
Dia kemudian menawarkan untuk pindah langsung ke sekolah setempat. Media memperkirakan rencana desentralisasi memiliki potensi korupsi yang lebih rendah, yaitu 2,5 persen.
“Bahkan, ancaman baru ini menjadi potensi korupsi (bila terjadi di pusat). Faktanya, kasus ini bisa menjadi kasus korupsi yang ibarat makan siang bagi anak-anak sekolah di Tiongkok,” kata Media.
“Kami melakukan simulasi berbagai aspek potensi inefisiensi dan menemukan jika rencana sentralisasi diterapkan pemerintah, maka terdapat potensi korupsi sebesar Rp 8,52 triliun pada tahun depan (2025) dari total anggaran sebesar Rp 71 triliun,” ujarnya.
(skt/sfr)