Jakarta, CNN Indonesia —
Presiden AS Biden secara resmi menangguhkan rencana Nippon Steel untuk membeli baja AS senilai US$14,9 miliar (sekitar 241 triliun rupiah) pada Jumat (1 Maret).
Langkah Biden ini dilakukan di tengah kekhawatiran keamanan yang berpotensi mematikan.
“Industri baja yang dimiliki dan dioperasikan di dalam negeri merupakan prioritas keamanan nasional yang penting dan penting bagi ketahanan rantai pasokan,” kata Biden dalam pernyataan resmi, menurut Japan Times.
Ia kemudian menegaskan, “Tanpa produksi baja dalam negeri dan pekerja baja dalam negeri, negara kita akan menjadi kurang kuat dan kurang aman.”
Juru bicara Gedung Putih John Kirby membela keputusan Biden.
“Ini bukan tentang Jepang. Ini tentang pembuatan baja Amerika dan mempertahankan status perusahaan Amerika sebagai salah satu produsen baja terbesar di Amerika,” kata Kirby.
Ia juga menepis anggapan bahwa keputusan tersebut dapat menimbulkan pertanyaan mengenai kredibilitas Amerika Serikat sebagai mitra.
Namun, Nippon Steel dan U.S. Steel menyatakan kekecewaannya dalam pernyataan bersama. Kedua perusahaan menyebut keputusan Biden sebagai tuduhan politik.
“Pernyataan dan perintah Presiden tidak memberikan bukti yang dapat dipercaya mengenai kekhawatiran keamanan nasional, sehingga menunjukkan bahwa ini adalah keputusan politik,” kata pernyataannya.
Nippon Steel dan U.S. Steel juga menegaskan akan mengambil tindakan hukum.
Kedua belah pihak menekankan bahwa mereka bekerja secara transparan dengan Komite Penanaman Modal Asing di Amerika Serikat (CFIUS), yang sedang meninjau kesepakatan tersebut.
Komite Penanaman Modal Asing di Amerika Serikat menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk meninjau akuisisi tersebut karena masalah keamanan nasional.
Kedua perusahaan baja tersebut kemudian mengatakan bahwa proses tersebut bersifat politis dan hasilnya telah ditentukan sebelumnya.
Perusahaan-perusahaan tersebut terus mengatakan bahwa tindakan tersebut mengirimkan pesan negatif kepada perusahaan mana pun yang berbasis di sekutu AS.
US Steel Corp. dan Nippon Steel Corp. mengumumkan rencana merger pada Desember 2023. Namun, ia menghadapi banyak tekanan politik selama proses tersebut, terutama menjelang pemilihan presiden November lalu.
Jepang membayar mahal untuk beberapa konsesi, termasuk jaminan perjanjian dan langkah terbaru yang memberikan hak veto kepada pemerintah AS.
(s/sfr)