Jakarta, CNN Indonesia —
Pemimpin oposisi Korea Selatan mendesak Mahkamah Agung pada hari Minggu untuk segera memakzulkan Presiden Yoon Suk-yeol dan meringankan “penderitaan rakyat” setelah ia memberlakukan darurat militer jangka pendek.
Anggota parlemen memilih untuk menyingkirkan Yun dari kekuasaan pada hari Sabtu, mengakhiri “pemberontakan” terhadap pemerintah sipil yang berlangsung beberapa jam namun menjerumuskan Korea Selatan ke dalam kekacauan politik terburuk dalam beberapa tahun.
Yoon untuk sementara diberhentikan dari jabatannya sementara Mahkamah Konstitusi Korea Selatan mempertimbangkan kasus pemakzulan tersebut. Perdana Menteri Han Dak Su diangkat sebagai presiden sementara.
Mahkamah Agung punya waktu 180 hari untuk memutuskan masa depan Yun.
Pemimpin oposisi Lee Jae-myung meminta hakim pada hari Minggu ini untuk “segera” mencopot Yoon dari jabatannya.
“Ini adalah satu-satunya cara untuk meminimalkan kekacauan nasional dan meringankan penderitaan masyarakat,” katanya, lapor AFP.
“Penting untuk mengungkap kebenaran dan menuntut tanggung jawab untuk membawa mereka yang bertanggung jawab atas situasi tidak masuk akal ini ke pengadilan dan mencegah terulangnya kembali,” tambahnya.
Sehubungan dengan pemberlakuan darurat militer pekan lalu, penyelidikan terhadap orang-orang terdekat Yun juga terus dilakukan.
Polisi pada hari Minggu menangkap mantan dan mantan kepala Komando Intelijen Pertahanan karena dicurigai melakukan kerusuhan.
Jaksa mengatakan mereka sedang mencari surat perintah penangkapan untuk kepala Komando Perang Khusus Angkatan Darat, Kwak Chong Kain.
Kwak dituduh mengirimkan pasukan khusus ke parlemen selama masa percobaan darurat militer, yang menyebabkan bentrokan sengit antara tentara dan staf parlemen.
Penyidik juga mengatakan Yun dipanggil untuk dimintai keterangan atas tuduhan kerusuhan.
“Kami memerintahkan dia datang untuk diinterogasi pada pukul 10 pagi (01.00 GMT), namun dia menolak untuk mematuhinya,” kata kantor kejaksaan dalam siaran persnya.
“Kami akan mengeluarkan pemberitahuan kedua,” kata mereka tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Pada hari Sabtu, polisi menangkap kepala Komando Kontra Intelijen Pertahanan, Yeo In-Hyun, atas tuduhan penghasutan.
(fa)