Denpasar, CNN Indonesia —
Bapak Tjok Bagus Pemayun, Kepala Dinas Pariwisata Bali, menjawab pertanyaan mengenai kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% pada tahun 2025.
Pak Pemayun mengatakan, pihaknya belum memutuskan apakah kenaikan pajak akan meningkatkan laju pariwisata atau laju pariwisata di Pulau Dewata.
Namun menurutnya akan ada negosiasi harga sebesar 12 persen antara dinas pariwisata dan tempat wisata di Bali. Saat ini pihaknya juga terhubung baik dengan Persatuan Pengusaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) dan perusahaan Travel to Indonesia (Asita) Bali.
“Sejauh ini, saya belum mendapat informasi mengenai hal itu.” Tentu mereka (travel agent) akan menghitungnya lagi dan menginformasikannya, sehingga Asita sebagai travel agent harus mengetahuinya sejak awal untuk menginformasikan kepada rekan-rekannya di luar negeri. Terkait dengan paket wisata itu,” kata Pima Yoon saat dihubungi, Jumat (27/12).
“Iya tentu akan ada penyesuaian harga. Kita sudah sesuaikan melihat ini, mungkin ada penyesuaian harga (untuk tempat wisata), tapi saya belum tahu informasinya, saya masih komunikasikan dengan teman-teman yang membawa Putri, dan Asita,” imbuhnya.
Menurut Pak Pemayun, meski terjadi peningkatan pada instansi pariwisata dan atraksi wisata di Bali, namun ia mengharapkan peningkatannya berada pada level yang wajar.
“Selama harganya begitu tinggi, apa yang terjadi harus masuk akal. Misalnya kita harus membayar pajak lebih banyak,” ujarnya.
“Dari sisi wisatawan asing, nilai tukar saat ini masih rendah. Itu wajar dan penuh perhitungan,” imbuhnya.
Namun, dia berharap kenaikan pajak tidak mempengaruhi arus wisatawan ke Bali.
“Tentu saya berharap tidak berdampak. Tapi kalau kita melihat lalu lintas (di Bali) meningkat, kalaupun (meningkat), saya kira bisa dimaklumi karena aturannya seperti itu,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali. I Gusti Ngurah Rai Surywijaya mengapresiasi penerapan pajak pertambahan nilai sebesar 12 persen akan berdampak pada banyak sektor, termasuk tiket tempat wisata di Bali.
“Mereka bilang ada sesuatu yang terjadi, tapi orang-orang tidak melihatnya. Ketika satu pertunjukan naik, pertunjukan lainnya naik, bukan? Siapa yang ingin mengendalikannya?” katanya.
(kdf/sfr)