Jakarta, CNN Indonesia —
Ada banyak menu makanan dalam program gizi gratis (MBG). Namun pada hari pertama pelaksanaan program, Senin (6/1), banyak tempat yang belum memiliki susu.
Sedikit yang bertanya, mengapa susu tidak masuk dalam menu makanan bergizi gratis dan hanya muncul sesekali?
Ahli gizi Tan Shot Yen mengatakan, kehadiran susu dalam menu makanan gratis tidak diperlukan. Ia tidak keberatan memberikan susu hanya sesekali saja. Lanjutnya, susu hanya sebagai pelengkap, bukan menu utama.
Selain itu, dijelaskan Tan, konsep pangan di Indonesia telah berubah dari gagasan lama “4 Sehat 5 Sempurna” menjadi “Makanan Bergizi”. Yaitu Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 Tahun 2014
“Pola makan seimbang artinya semua makanan harus mencakup protein hewani, sayur-sayuran, dan buah-buahan serta lauk pauknya. Susu tidak lagi menjadi bahan wajib dalam pola makan sehat,” kata Tan saat dihubungi fun-eastern.com, Selasa (7/1).
Tan juga menyinggung intoleransi laktosa yang bisa berbahaya bagi anak-anak. Indonesia sendiri merupakan negara dengan tingkat intoleransi laktosa yang tinggi.
“Lebih dari 80% masyarakat kita tidak bisa mentolerir laktosa, artinya kalau minum susu akan diare atau gangguan pencernaan,” jelasnya.
Atas dasar itu, susu seringkali menjadi salah satu menu yang salah untuk anak. Terutama di daerah yang tidak memiliki akses terhadap produk susu segar dan berkualitas.
Selain itu, sebagian besar susu yang ditawarkan adalah susu campuran rasa. Kehadiran rasa tambahan mengurangi nilai gizi susu.
“Anak-anak Indonesia kurang suka dengan susu yang berwarna putih polos, sehingga susunya diberi rasa dan diberi warna. Kebanyakan produk susu yang beredar di pasaran hanya mengandung 30 persen susu, sisanya gula, pewarna dan perasa,” ujarnya.
Tingginya kadar gula dalam susu kemasan dapat berkontribusi terhadap masalah kesehatan lain seperti obesitas pada masa kanak-kanak dan gigi berlubang.
Dan, menurut Tan, masih banyak bahan makanan lain yang bisa memenuhi kebutuhan kalsium dan protein, seperti ikan, telur, tahu, dan tempe.
“Jika konsep makanan bergizi gratis dipadukan dengan makanan bergizi dan protein hewani, sayur dan buah, saya yakin anak Indonesia akan sehat tanpa diberi susu,” tegasnya. (ts/asr)