Jakarta, CNN Indonesia –
Pendukung Presiden Yoon Suk Yeol membawa bendera Korea Selatan dan Amerika Serikat dalam upaya mencegah penangkapannya oleh lembaga antikorupsi.
Seorang wanita bernama Ahn Young Mi, 60 tahun, menjadi salah satu suporter pembawa bendera kedua negara. Dia berhenti di dekat barikade polisi.
Ahn menilai kedua bendera tersebut mewakili eratnya hubungan antara Korea Selatan dan Amerika Serikat.
“[Saya berharap] AS atau [Presiden terpilih Donald] Trump akan datang dan menyelamatkan Yoon Suk Yeol,” ujarnya dalam pernyataan melalui Korea Herald pada Jumat (3/1).
Pendukung lain yang menolak disebutkan namanya mengibarkan bendera kecil AS-Korea Selatan.
Membawa dua bendera, katanya, “menandakan aliansi” dan menjadi kekuatan para pengunjuk rasa.
Beberapa pembicara juga meneriakkan “Trump manse!” Ungkapan ini merupakan pujian atas apa yang diyakini sebagai keterlibatan Amerika dalam urusan Korea Selatan.
Dukungan warga terhadap partai sayap kanan atau konservatif tidak lepas dari sejarah hubungan Korea Selatan dan AS.
Pada Perang Korea tahun 1950-1953, AS berperan penting dalam membantu Korea Selatan mencegah penyebaran komunisme dari Korea Utara.
Saat itu, bagi para pendukung konservatif, mereka mendefinisikan AS sebagai pejuang kebebasan.
Selain hubungan AS-Korea Selatan, Yoon saat ini sedang diselidiki sehubungan dengan deklarasi darurat militer pada 3 Desember. Dia didakwa melakukan pengkhianatan dan penyalahgunaan jabatan.
CIO telah menelepon Yoon tiga kali, tapi dia selalu absen. Agensi meminta pengadilan mengeluarkan surat perintah penangkapan.
Di kemudian hari, CIO mencoba menangkap Yoon di kediamannya. Namun saat kami tiba, ada ribuan polisi dan demonstran yang berjaga.
Seorang karyawan CIO terlibat dalam diskusi dengan tim Yoon. Namun, hal itu tidak keluar. Penangkapan ini dibatalkan karena alasan keamanan.
CIO akan menjemput Yoon lagi minggu depan, tepatnya 6 Januari. (isa/bac)