Jakarta, CNN Indonesia –
Penyelidik Korea Selatan mengatakan pada Sabtu (1 April) bahwa mereka hampir menyelesaikan penyelidikan terhadap Jeju Air Penerbangan 2216, yang menewaskan 179 orang.
Rekaman tersebut mungkin menangkap momen-momen terakhir pesawat yang membawa 181 penumpang dan awak dari Thailand ke Korea Selatan saat pesawat itu turun secara tiba-tiba sebelum menabrak penghalang kokoh di ujung landasan.
Penyelidik Korea Selatan dan AS, termasuk produsen pesawat Boeing, sedang menyelidiki lokasi jatuhnya pesawat di barat daya Muan untuk mengetahui penyebabnya.
“Transkrip perekam suara kokpit (CVR) diharapkan selesai hari ini, dan perekam data penerbangan (FDR) sedang dipersiapkan untuk dikirim ke Amerika Serikat untuk dianalisis,” kata kementerian pertahanan Korea Selatan. AFP.
Penyelidik juga menemukan mesin pesawat di lokasi jatuhnya pesawat minggu ini.
Penyebab pasti jatuhnya Boeing 737-800 belum diketahui, namun para penyelidik telah mengungkapkan bahwa burung-burung tersebut mungkin telah mati, roda pendaratan rusak, dan landasan pacu rusak.
Pihak berwenang minggu ini melakukan operasi pencarian dan penangkapan di Bandara Muan, tempat pesawat itu jatuh, sebuah maskapai penerbangan regional di barat daya kota dan kantor pusat Jeju Air di ibu kota Seoul, kata polisi.
CEO Jeju Air Kim E-bae telah dilarang meninggalkan negara itu sambil menunggu penyelidikan.
Pilot sempat memperingatkan akan adanya tabrakan dengan burung sebelum pendaratan pertama, kemudian jatuh pada upaya kedua karena roda pendaratan rusak.
Video dramatis menunjukkan pesawat menabrak penghalang kokoh di ujung landasan sebelum terbakar.
Pihak berwenang telah mulai membersihkan reruntuhan dan mengembalikan beberapa jenazah yang diidentifikasi dan ditemukan di lokasi kecelakaan kepada keluarga yang berduka.
Pesawat tersebut membawa wisatawan Korea Selatan yang kembali dari perjalanan akhir tahun ke Bangkok, kecuali dua penumpang asal Thailand.
Rekaman dari media lokal menunjukkan pihak berwenang menyerahkan barang-barang dari Thailand, termasuk ponsel pintar, mangga kering, dan kelapa. (AFP/vws)