Jakarta, CNN Indonesia –
Selama satu dekade terakhir, menyendiri sudah menjadi sesuatu yang kita kenal (YOLO). Akronim ini menyatukan semua orang untuk fokus pada kebahagiaan sebagai investasi masa depan.
Namun sepertinya perayaan YOLO sudah mencapai akhir masa kejayaannya. Masyarakat di seluruh dunia, terutama generasi muda di Korea Selatan, sedang membangun kehidupannya sendiri: YONO.
Hanya satu (YONO) untuk mengatasi model pangan yang sangat sadar akan pengeluaran yang tidak perlu. Singkatnya, generasi muda Korea Selatan mengubah praktik bisnis mereka agar lebih layak secara finansial.
Contoh anak muda Korea Selatan yang memanfaatkan hal ini adalah Choi Ye Bin (27), seorang manajer acara yang telah mencatat pengeluaran rumah tangga selama empat tahun.
Wanita tersebut mulai menggunakan cara ini karena merasa ada perbedaan antara perkiraan pengeluarannya dengan pengeluaran sebenarnya.
Choi mengatakan sebagian besar pengeluarannya adalah biaya kamar dan makan, termasuk biaya makan di luar. Belakangan ini dia merasa lebih boros karena banyak makan di luar.
“Jika saya tidak punya waktu untuk bersiap, saya berusaha untuk tidak makan di luar. Jika saya mengadakan dua acara dalam seminggu, saya menganggapnya sebagai faktor risiko dan menyesuaikannya,” kata Choi, menurut The Korea Times.
Choi juga menjelaskan bahwa dia rela mengeluarkan uang untuk kebutuhan pribadinya di masa lalu. Gaya hidup ini dianggap sebagai sesuatu yang dikagumi masyarakat. Namun, kenyataannya kini berbeda.
“Misalnya, meski masih ada masyarakat yang menikmati omakase (fine dining ala Jepang yang disajikan langsung oleh chef), reaksinya sudah berubah,” ujarnya.
“Orang-orang berusia 20-an lebih cenderung berkata, ‘Saya lebih suka membelanjakan uang ini untuk hal lain.’ Ini mengingatkan saya pada apa yang dirasakan generasi tua ketika generasi muda mulai menikmati diet ini,” kata Choi.
Baca lebih lanjut tentang kehidupan YONO di halaman berikutnya..