Batam, CNN Indonesia –
Rabu (18/12) pagi WIB, laporan warga Ripang yang berada di Desa Sembulang Hulu dan Desa Sai Buluh di Wilayah Galang (Kepri) Kepulauan Riau
Setidaknya 8 warga desa terluka dan dilarikan ke rumah sakit akibat lebih dari sepuluh serangan teror OTC.
Seorang warga Jaidi mengatakan kepada wartawan, putranya termasuk di antara puluhan korban tewas dalam kecelakaan di OTK. Ia mengaku belum mengetahui siapa pelaku penyerangannya.
Saat melihat anaknya dipukuli, dia tidak bisa melawan karena banyak orang tak dikenal.
“Luar biasa, saya tidak tahu, tiba-tiba orang datang menyerang anak saya dan memukuli puluhan orang,” kata Jaydee, Rabu. Mereka mengancam saya dengan segala cara, saya memukuli anak saya, saya memukulnya dengan pisau dan tongkat.”
Warga lainnya, Eddie, mengaku tidak mengetahuinya. Eddy mengalami cedera kepala dan mendapat puluhan jahitan.
Selain penyerangan terhadap warga, pelaku tak dikenal juga merusak posko di Desa Sembulang, Desa Sembulang, dan Desa Sungai Buluh di Kecamatan Galang. Puluhan mobil warga juga mengalami kerusakan.
Puluhan serangan OTK terhadap warga sipil telah menarik perhatian aktivis sipil dan organisasi nasional dalam apa yang kemudian menjadi Rencana Strategis Nasional (PSN).
Tim Solidaritas Nasional Rempang menggelar konferensi pers di Kantor Wali Nasional, Jakarta Selatan, Rabu malam.
“Informasi awal menunjukkan sedikitnya delapan warga terluka dan dilarikan ke rumah sakit terdekat,” kata pernyataan yang dikeluarkan Rabu sore.
“Dalam lingkaran tipis, empat orang mengalami cedera kepala; Satu orang terluka parah; warga tertembak; Seorang warga mengalami patah lengan; Seorang warga mengalami luka ringan. Selain itu, mobil puluhan warga juga mengalami kerusakan, ujarnya.
Mereka menyatakan, atas dasar itu, warga Kampung Tua di Rimpan bersama organisasi masyarakat sipil menyerukan kepada Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dan Republik Korea Utara untuk memastikan perlindungan terhadap penduduk lokal dan lokal. . Rimpang. Daerah tradisional.
Mereka juga meminta Kapolri mengerahkan personelnya untuk melakukan penegakan hukum secara serius dan tegas terhadap segala ancaman dan kekerasan terhadap masyarakat Rempang.
Saat jumpa pers di kantor Walhi, Wadi, warga Rempang, mengatakan penyerangan itu terekam saat ada orang tak dikenal yang merobohkan spanduk “tolak” yang dipasang warga.
Sebenarnya kronologis kejadiannya, dia melanggar 14 bendera anti imigrasi dan bertemu dengan warga, lalu diusir warga, kata Wadi di Desa Sembulan Hulu.
Warga memasang bendera tersebut di sekitar lokasi pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Eco-City Rempang sebagai bentuk protes terhadap penguasaan lahan milik masyarakat sekitar Rempang.
Menurut Wadi, puluhan bendera berukuran sedang dan besar tercabut akibat ulah oknum tak dikenal.
Belakangan, warga yang melihat kejadian tersebut berusaha mengejar pelaku perusakan bendera tersebut, namun pelaku melarikan diri ke hutan setempat.
Menurut Wadi, warga langsung mengepung kawasan hutan, menangkap pelaku dan membawanya ke posko. Warga pun meminta bantuan polisi ke kantor polisi setempat.
Penduduk setempat dan polisi menangkap penjahat tersebut. Lalu terjadilah diskusi dengan warga hingga tengah malam.
Wadi pun mengaku melihat dua kendaraan datang dan menjemput terdakwa. Namun beberapa menit kemudian, sekelompok preman datang dengan menggunakan truk dan merampok kantor pos warga.
“Sepertinya banyak yang masuk ke dalam truk, saya tidak tahu berapa jumlahnya,” ujarnya.
Menurut Wadi, selain menyerang warga yang berada di area posko, mereka juga melakukan perusakan terhadap sejumlah mobil warga tanpa pandang bulu.
Penyerangan tersebut merusak kendaraan puluhan warga di kawasan Desa Sambulang. Selain itu, sedikitnya tujuh warga mengalami luka berat dan satu orang luka ringan akibat penyerangan senjata tajam dan tongkat.
Kapolres Barelang Kompol Herbertus Ompusungu membenarkan puluhan penyerangan OTK terhadap warga Rempang.
Ia mengatakan, penyerangan tersebut dipicu oleh warga yang menahan salah satu pria yang mencoba memasang spanduk penolakan PSN Rempang Eco City.
“Itu [penghapusan bendera] terjadi pada pukul 23.30,” kata Herbertus kepada wartawan, Rabu malam.
Diduga para preman tersebut ingin membalas dendam terhadap rekannya yang diculik warga.
Polisi memeriksa beberapa orang, termasuk warga. Lebih lanjut, Herbertus mengatakan polisi meminta informasi kepada petugas kesehatan mengenai warga yang terdampak.
“Kita selesaikan masalahnya dulu, kita periksa satu per satu, kemudian kita minta keterangan dari tim medis setelah jenazah yang terluka, untuk itu kita sortir dan sortir secara kronologis,” ujarnya.
Dia mengatakan, polisi juga melakukan pengamanan di perkampungan warga Pulau Rempang pasca penyerangan OTK.
Menurutnya, 70 petugas polisi dan 25 petugas Codem Batam menjaga perkampungan warga Pulau Rempang.
“Sangat membantu ya, kita punya 70 petugas dari Polri dan 25 petugas dari Kode,” ujarnya.
Berdasarkan data pengawasan, fun-eastern.com melihat warga sekitar sedang memperbaiki posko yang rusak.
(arp, arn/anak)