Jakarta, CNN Indonesia —
Seperti Qatar saat menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, Arab Saudi yang baru-baru ini disetujui FIFA menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 pun tak luput dari gelombang kritik.
Sebelum berhasil menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 yang dimenangkan Argentina, Qatar mengalami situasi serupa yang dihadapi Arab Saudi.
Berita buruk dan kritik dari aktivis kemanusiaan menjadi makanan sehari-hari yang harus ditelan Qatar.
Mereka dituduh menggunakan kebijakan moneter untuk meningkatkan harapan mereka sebagai penyelenggara Piala Dunia. Kemudian isu pelanggaran HAM menjadi paling menonjol di Qatar.
Sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, Qatar menerapkan beberapa kebijakan yang bertentangan dengan budaya sepak bola Eropa. Salah satunya adalah larangan membawa minuman beralkohol ke dalam stadion.
Tak hanya itu, Qatar juga melarang pasangan yang bukan suami istri berbagi kamar hotel. Wisatawan juga dilarang mengenakan pakaian terbuka, dan larangan paling ketat adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan LGBTQ.
Semua aturan tersebut merupakan perwujudan budaya dan filosofi Qatar sebagai negara Islam.
Tak pelak, tudingan serupa akan dihadapi Arab Saudi saat diterima menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034.
Pada tahun 2022, CNN menghasilkan laporan mendalam yang diprakarsai oleh dua jurnalis Timur Tengah tentang kritik Barat terhadap kebijakan pemerintah Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Laporan tersebut menyentuh stereotip media Barat tentang Arab dan Muslim. Namun pidato Presiden FIFA jelang Piala Dunia 2022 dinilai berhasil menjangkau masyarakat Arab dan umat Islam.
“Hari ini saya merasa seperti orang Qatar. Hari ini saya merasa seperti orang Arab. Hari ini saya merasa seperti orang Afrika. Hari ini saya merasa gay. Hari ini saya merasa cacat. Hari ini saya merasa [seperti] seorang imigran,” kata Infantino.
“Tentu saja saya bukan orang Qatar, saya bukan orang Arab, saya bukan orang Afrika, saya bukan gay, saya tidak cacat. Tapi inilah yang saya rasakan, karena saya tahu apa artinya didiskriminasi, merasa takut, sebagai orang asing di negeri asing. Anak saya diintimidasi karena saya memiliki rambut merah dan bintik-bintik, ditambah lagi saya orang Italia, jadi bayangkan saja,” tambah Infantino.
Pernyataan Infantino sangat menyentuh hati warga Qatar. Mereka merasa terlindungi dari prasangka negatif orang Barat.
Pada 22 Oktober 2024, Ahram Online juga menulis artikel tentang masa depan Arab Saudi sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034.
Penulis laporan tersebut memperkirakan bahwa Arab Saudi akan mengalami nasib serupa dengan Qatar. Arab Saudi akan dikritik habis-habisan karena melakukan pencucian olahraga dalam upaya meningkatkan citra globalnya untuk menutupi pelanggaran hak asasi manusia.
“Tuduhan mereka adalah Arab Saudi terlibat dalam pencucian olahraga, yaitu menggunakan olahraga untuk mengalihkan perhatian dari masalah hak asasi manusia yang sudah lama ada.
Pencucian olahraga telah dikaitkan dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohamed bin Salman. Ia dianggap sebagai pendorong keberhasilan Arab Saudi dalam menyelenggarakan serangkaian acara papan atas.
Dalam beberapa tahun terakhir, Arab Saudi telah menyelenggarakan acara olahraga dalam skala global. Sebut saja Formula 1, tinju kelas berat, lalu golf, tenis, bahkan balap kuda.
Baca di halaman berikutnya >>>