Surabaya, CNN Indonesia —
Balai Pengendalian Hewan Jawa Timur menerima laporan sebanyak 6.072 kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan dalam dua bulan antara November hingga Desember 2024.
Dilaporkan 282 hewan telah mati.
“Munculnya PMK dilaporkan terjadi di 30 wilayah di Jatim,” kata Kepala Dinas Peternakan Jatim India Ariani, Rabu (8/1).
Indyah mengatakan, gejala klinis hewan yang diduga tertular penyakit tersebut adalah lemas dan timpang. Lalu, lagi dan lagi, gantung dengan gelembung.
“Selain itu, hewan-hewan tersebut menjadi lemah dan banyak berbaring, sehingga menyebabkan berkurangnya produksi susu untuk sapi perah,” katanya.
Berdasarkan laporan tersebut, India menyatakan pihaknya sedang melakukan vaksinasi ulang dan pemeliharaan hewan. Kegiatan sosial dan edukasi terkait perawatan hewan terdampak PMK juga dilakukan bagi para peternak.
Ia mengatakan, kami telah mengirimkan tim untuk melakukan penyemprotan disinfektan di pasar tenda untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.
Selain itu, Pemprov Jatim juga memberikan pengamanan melalui pemberlakuan aturan pengangkutan hewan, dengan pemeriksaan masuknya hewan ke Jatim.
“Kami mengambil langkah-langkah untuk melindungi kesehatan hewan dan mengendalikan pergerakan hewan, yang penting bagi kami untuk memastikan tidak ada penyakit yang masuk dan keluar di Jawa Timur,” ujarnya.
Penjabat (plt) Gubernur Jatim Ahi Karyono mengatakan kasus PMK di Jatim akan meningkat rata-rata lebih dari 250 per hari pada akhir tahun 2024.
“Hewan yang terjangkit PMK di Jatim sangat tinggi, tahun lalu 9,2 juta. Rinciannya sapi 3,4 juta, kambing 5 juta, domba 610 ribu, kerbau 10 ribu, dan babi 107 ribu,” kata Athy.
Athi mengatakan, total kebutuhan vaksin di Jatim pada tahun 2024 sebanyak 7,2 juta dosis atau setara 70-80 persen dari total jumlah hewan rentan. Menerima bantuan imunisasi dari Kementerian Pertanian sebanyak 12.500 dosis pada akhir Desember 2024.
“Pemprov Jatim mengeluarkan biaya 320 ribu dosis, sedang dibeli, program bantuan Kementan sebanyak 1,4 juta dosis dan diupayakan pendekatan APBD provinsi dan kabupaten/kota BTT karena kekurangan vaksin. Dan kegiatan vaksinasi di Jatim 5,4 juta dosis,” ujarnya.
(frd/pta)