Jakarta, CNN Indonesia —
Sebuah video di Jakarta menjadi viral di media sosial. Dengarkan seorang ahli menjelaskan fenomena ini.
Netizen awalnya mengira fenomena tersebut kelam. Namun, Peneliti Iklim Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Irma Julesstein, menilai fenomena tersebut merupakan awan rendah yang mengindikasikan kemungkinan terjadinya badai.
“Tidak ada kabut, tapi awan rendah yang menutupi bangunan itu bergerak cepat, menandakan sistem badai yang lebih luas yang menggerakkannya. Pertanda cuaca buruk,” kata Irma kepada X, Kamis (1/9). . .
Dalam rangkaian cuitan berikutnya, Irma menjelaskan cuaca buruk bisa jadi ditandai dengan pergerakan cepat cumulus congestus.
Sebelumnya, pada Rabu malam (01/08) hingga Kamis pagi, hujan turun di sebagian wilayah Jakarta, Bogor, Dipok, Tangerang, dan Bekasi (Jabudtabek). Akibatnya, sejumlah wilayah Jakarta terendam banjir.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, hingga Kamis pagi pukul 10.00 WIB, lima RT dan tiga ruas jalan terendam banjir.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan sejumlah wilayah mulai dari Sumatera hingga Jawa Tengah akan diguyur hujan lebat dalam tiga hari ke depan.
BMKG melalui Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) di Jakarta mengamati keberadaan pusat tekanan rendah di selatan Mali Tanger sejak 3 Januari 2025. Sistem tersebut bergerak ke barat-barat daya dan mulai berkembang menjadi Topan Sid 97S pada 7 Januari 2025. Di perairan Samudera Hindia dekat selatan Jawa Timur.
Berdasarkan analisis hari ini, Kamis (1/9), sistem ini semakin meningkat intensitasnya dan terdeteksi di selatan Lampung, Samudera Hindia.
Topan tersebut diperkirakan berdampak tidak langsung berupa peningkatan curah hujan dan angin kencang di banyak wilayah selama tiga hari ke depan, serta dampak langsung berupa gelombang tinggi di perairan selatan Indonesia.
Berdasarkan perhitungan kami, badai ini diperkirakan akan berdampak signifikan dalam tiga hari ke depan, terutama di beberapa wilayah berupa peningkatan curah hujan, angin kencang, dan gelombang tinggi, kata Deputi Meteorologi BMKG Goswanto dalam keterangannya. Kamis (1 September).
Goswanto juga mengatakan, topan ini juga akan berdampak pada wilayah pesisir dan perairan selatan Indonesia. Hal ini tentu dapat mengganggu aktivitas pelayaran dan masyarakat pesisir di kawasan tersebut
Lebih lanjut, Direktur Meteorologi Publik Andri Ramdani mengatakan kemungkinan peningkatan curah hujan tidak hanya dipengaruhi oleh keberadaan Siklon Sid 97S, tetapi juga kondisi atmosfer yang mendukung terjadinya hujan lebat.
Musim hujan dan udara dingin dari Asia juga turut berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan di Indonesia, khususnya di wilayah barat, kata Andri.
Andri menjelaskan, selain Badai Tropis Sed 97S, sirkulasi siklon yang terbentuk di sekitar tekanan Mali beberapa hari lalu juga berdampak pada dinamika atmosfer di Indonesia.
(perintah/dmi)