Jakarta, CNN Indonesia —
Amerika Serikat mengklaim bahwa Korea Utara telah kehilangan sejumlah besar tentara dalam perang dengan Rusia dan Ukraina.
Penasihat komunikasi keamanan nasional AS John Kirby mengatakan Korea Utara saat ini kehilangan banyak tentara dalam perangnya dengan Rusia dan Ukraina.
Dia tidak merinci berapa banyak tentara Korea Utara yang terbunuh. Namun, puluhan tentara diyakini tewas atau terluka.
“Kami yakin mereka mengalami kerusakan yang cukup parah, termasuk korban jiwa dan luka-luka. Namun, sulit bagi saya untuk memberikan jumlah pastinya. Saya katakan puluhan, puluhan,” kata Kirby dalam konferensi pers, Senin (16/12). 12).
Pernyataan Kirby ini menyusul klaim baru-baru ini oleh badan intelijen Ukraina bahwa sekitar 200 tentara Rusia dan Korea Utara tewas dalam pertempuran dengan pasukan Ukraina.
Militer Ukraina bahkan merilis foto dan rekaman audio yang menunjukkan puluhan tentara Korea Utara dan Rusia tewas di perbatasan Kursk.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller sebelumnya mengatakan situasi tersebut menandai “eskalasi lagi” perang antara Rusia dan Ukraina.
Kantor Berita Yonhap mengutip perkataan Miller: “Kami percaya bahwa tentara Korea Utara yang dikerahkan di Kursk sudah menjadi sasaran yang sah. Mereka memasuki zona perang, dan sebagai pejuang, mereka adalah sasaran sah bagi militer Ukraina.”
Pasukan Korea Utara telah dikerahkan untuk perang Rusia di Ukraina sejak bulan lalu.
Keterlibatan Korea Utara dalam perang antara kedua negara Eropa juga menimbulkan kekhawatiran mengenai cakupan perang tersebut.
Amerika Serikat dan Ukraina memperkirakan sekitar 11.000 tentara Korea Utara telah dikerahkan untuk membantu Rusia berperang di wilayah Kursk.
Badan Intelijen Pertahanan (DIU) Ukraina mengatakan pada Sabtu (14/12) bahwa tentara Korea Utara telah dimobilisasi untuk bertugas di Angkatan Udara dan Angkatan Laut Rusia.
DIU mengatakan banyak tentara Korea Utara yang diserang oleh Ukraina selama perang. DIU juga menunjukkan bahwa hambatan bahasa telah menjadi masalah bagi pasukan gabungan Rusia dan Korea untuk mengoordinasikan operasi. (BLQ/RDS)