Jakarta, CNN Indonesia —
Indonesia telah menjadi anggota tetap forum ekonomi yang dibentuk Rusia dan China, BRICS. Hal ini menjadikan peran RI sangat penting di dunia.
Pada Senin (6/1), pemerintah Brazil mengumumkan bahwa Indonesia telah resmi menjadi anggota penuh BRICS.
Dalam keterangan resminya, Brazil menyatakan negara anggota lainnya telah sepakat untuk menjadikan Indonesia sebagai anggota penuh BRICS pada tahun 2023.
Menyikapi rezim baru ini, Kementerian Luar Negeri Indonesia buka suara. Mereka menilai keberhasilan ini dapat meningkatkan peran aktif Indonesia dalam percaturan dunia.
Berikut sejumlah keuntungan bagi Indonesia setelah menjadi anggota penuh BRICS dari sudut pandang geopolitik.1. Peluang besar untuk kerjasama
Pengamat hubungan internasional sekaligus dosen Sekolah Kajian Strategis dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, Sya’roni Rofii mengatakan, Indonesia memiliki banyak peluang kerja sama setelah resmi menjadi anggota BRICS.
“Saya kira posisi Indonesia yang memiliki doktrin politik luar negeri yang cair memberikan ruang bagi Indonesia untuk bisa berinteraksi dengan berbagai daerah,” kata Sya’roni kepada fun-eastern.com, Selasa (7/1).
Menurutnya BRICS memiliki ekonomi dan politik. Sya’roni juga memperkirakan secara finansial kelompok BRICS mempunyai kekuatan ekonomi paling besar setelah G7.
Sedangkan secara politis ada dua anggota BRICS yang menjadi anggota Dewan Keamanan PBB, yakni Rusia dan China.
2. Menjadi media yang pro-Palestina
Sya’roni juga mencontohkan keuntungan lain Indonesia menjadi anggota tetap BRICS.
Selain itu, ia menilai kelompok BRICS mampu menyeimbangkan kekuatan Barat yang mendominasi tatanan dunia.
Oleh karena itu, menurut saya, dalam semangat Global South, kelompok ini dapat menjadi dorongan untuk memperkuat kerja sama politik untuk memperjuangkan agenda politik internasional di PBB, khususnya isu Palestina, ”ujarnya.
Menteri Luar Negeri Indonesia Sugiono juga menyebutkan dampak positif bergabungnya BRICS.
“Banyak hal yang diperjuangkan BRICS bersifat timbal balik,” ujarnya pada pertemuan bersama dengan Komite RRC I pada awal Desember 2024.
Sugiono memandang BRICS sebagai forum internasional dan inklusif. Ia mengatakan, organisasi tersebut juga terlibat dalam perjuangan isu-isu internasional yang sering diungkapkan Indonesia, “khususnya kebebasan Palestina.”
“Dan saya pikir BRICS bisa menjadi cara dan alat untuk memperjuangkannya [kebebasan Palestina] tanpa tujuan ekonomi,” ujarnya3. Menjaga keseimbangan AS-Tiongkok
Pengamat Masalah Geopolitik dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, mengatakan salah satu dampak dari keanggotaan resmi Indonesia di BRICS adalah menjaga keseimbangan rivalitas antara Amerika Serikat dan China.
“Ini menegaskan pandangan umum bahwa Indonesia ingin menjaga keseimbangan,” kata Yoon.
Selama ini Yon melihat tren Indonesia semakin dekat dengan Amerika di satu sisi dan China di sisi lain.
Indonesia juga pernah bergabung dalam forum atau organisasi yang mana Amerika menjadi salah satu anggotanya. RI kemudian berusaha menjaga hubungan dengan China dengan mengikuti forum menghadapi Negeri Tirai Bambu.
Secara geografis, Indonesia dekat dengan Tiongkok. Menurut Yoon, mereka juga ragu untuk diusir dari negara Asia Timur tersebut.
“Iya benar [bergabung dengan BRICS] karena untuk menjaga keseimbangan, Indonesia tidak mau berhadapan dengan China [tetapi] membangun kerja sama dengan China dan tidak menolak AS,” ujarnya.4. Kembalikan semangat KAA
Yoon pun menilai, penunjukan Indonesia sebagai anggota penuh BRICS bukanlah hal baru.
Situasi ini mengingatkan kita pada semangat persatuan yang dicanangkan Indonesia pada Konferensi Asia Afrika (AAC).
“Saya kira ini bukan hal baru. Kalau kita kembali ke semangat Indonesia yang mendirikan KAA, semangat persatuan dengan negara-negara Selatan,” kata Yon.
KAA bertujuan untuk mempromosikan kerja sama ekonomi dan budaya Afrika-Asia dan menentang kolonialisme atau neo-kolonialisme oleh negara mana pun.
Konferensi KAA merupakan pintu gerbang terbentuknya Gerakan Non-Blok (GNB). (isa/bac)