Jakarta, CNN Indonesia —
CEO Toyota Motor Akio Toyoda melakukan perjalanan ke Thailand bulan lalu untuk bertemu Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra di Bangkok. Keduanya membahas revitalisasi pasar mobil Thailand.
Kunjungan Toyoda ini menanggapi kunjungan Menteri Perindustrian Thailand Akanath Promphan ke Jepang pada November 2024.
Selama kunjungannya, Toyoda menekankan pentingnya negara tersebut sebagai pusat manufaktur dan pengembangan. Selain itu, Paetongtarn mengindikasikan berencana meningkatkan penjualan mobil hybrid.
Sebuah sumber yang dekat dengan pemerintah menjelaskan bahwa dorongan Toyota untuk mempromosikan pasar mobil hybrid adalah peluang besar mengingat lemahnya penjualan kendaraan listrik (EV) di Thailand.
Sumber pemerintah Jepang di Thailand mengatakan: “Ketika permintaan kendaraan listrik melambat, Toyota melihat ini sebagai peluang besar untuk meningkatkan upaya lobinya.”
Nikkei Asia melaporkan, kunjungan Toyota ke Thailand bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari Thailand untuk truk pikap dan kendaraan hybrid.
“Toyota adalah salah satu dari sedikit perusahaan yang dapat melobi banyak kelompok, termasuk perdana menteri dan politisi lain yang terkait dengan mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra, pejabat senior dan orang-orang berpengaruh seperti Nattapol Rangsitpol, sekretaris Kementerian Perindustrian, di dalam kerajaan. ,’ kata sumber itu.
Menurut Federasi Industri Thailand, penjualan mobil baru di Thailand turun 27 persen dari Januari hingga November 2024 dibandingkan tahun sebelumnya.
Setelah meningkat hampir delapan kali lipat menjadi 76.000 unit pada tahun 2023, penjualan kendaraan listrik khususnya turun 5 persen menjadi 61.443 unit.
Sebaliknya, penjualan kendaraan hybrid meningkat 32 persen menjadi 105.434 unit pada periode Januari-November.
Toyota Yaris Cross merupakan salah satu model terpopuler di pasar domestik Thailand.
Pada bulan Juli, Thailand memutuskan untuk mempertahankan tarif pajak kendaraan hibrida sebesar 6 persen, dan membatalkan rencana kenaikan sebesar 2 persen setiap dua tahun.
Namun ada insentif besar dari pemerintah untuk mobil listrik, termasuk subsidi hingga 100.000 baht, atau Rp 46,8 juta, dengan tujuan melistriki 30 persen kendaraan yang diproduksi di sana pada tahun 2030.
“Pemerintah Thailand telah menyadari bahwa kendaraan listrik semakin menurun dan sedang mencari cara untuk memperbaikinya,” kata pimpinan sebuah perusahaan mobil Jepang.
(kon/mikrofon)