Jakarta, Indonesia —
Amerika Serikat pertama kali melaporkan kejadian penyakit burung fatal tersebut pada Senin (6/1).
Kasus dibuat di negara bagian Louisiana terhadap pasien dengan riwayat kesehatan selama 65 tahun terakhir.
Departemen Kesehatan Louisiana mengatakan pasien tersebut telah dirawat di rumah sakit sejak pertengahan Desember karena flu burung.
Meskipun risiko terhadap masyarakat masih rendah, orang-orang yang melakukan kontak dengan burung, ayam, atau hewan ternak memiliki risiko lebih besar, kata pihak berwenang dalam pernyataannya, seperti dikutip AFP.
Para penulis mengatakan pasien tersebut tertular H5N1 setelah terpapar pada hewan ternak dan unggas non-komersial.
Sejauh ini, belum ada bukti penularan H5N1 dari manusia ke manusia.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika mengatakan kasus H5N1 ini merupakan kasus pertama infeksi serius pada manusia.
Berita ini muncul hanya beberapa hari setelah pemerintah federal menambahkan US$ 306 juta (sekitar Rp 4,9 triliun) untuk meningkatkan program pengawasan dan penelitian terhadap H5N1.
Pemerintahan Presiden Joe Biden baru-baru ini mendapat kecaman karena kritik terhadap penanganan virus H5N1 yang dilakukan pemerintah.
Jumlah kasus flu burung yang ditularkan antara hewan dan manusia telah meningkat di AS dan para ilmuwan merasa prihatin. Para peneliti khawatir virus ini akan bermutasi sehingga memicu pandemi yang lebih mematikan dan menular.
“Meskipun risiko terhadap manusia masih rendah, kami selalu mempersiapkan skenario yang mungkin terjadi,” kata Menteri Kesehatan Xavier Becerra dalam sebuah pernyataan. (Blq/baca)