Jakarta, CNN Indonesia —
Komandan pasukan pertahanan nuklir Rusia, Letjen Igor Kirillov, tewas dalam ledakan bom di Moskow pada Selasa (17/12).
Igor Kirillov dan asistennya tewas ketika sebuah bom di skuter meledak saat mereka meninggalkan rumah mereka di tenggara Moskow dini hari tadi.
Sumber-sumber dinas keamanan Ukraina mengatakan mereka bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
Kirilov adalah jenderal Rusia pertama yang tewas dalam ledakan di ibu kota Moskow sejak Kremlin menginvasi Ukraina tiga tahun lalu.
Biografi Igor Kirilov
Menurut The Moscow Times, Letnan Jenderal Igor Kirillov telah memimpin pertahanan militer Rusia terhadap radiasi, bahan kimia, dan biologi sejak 2017.
Kirilov terkenal dengan klaimnya tentang dugaan laboratorium di Barat dan kaitannya dengan penyebaran penyakit menular, termasuk Covid-19.
Dia juga mengatakan bahwa AS berencana untuk memasok peralatan militer ke Ukraina, termasuk memerangi militer Rusia dengan nyamuk pembawa malaria.
Pria berusia 54 tahun itu berulang kali mengatakan bahwa Ukraina menggunakan senjata buatan Barat di kota Sudzha, yang terletak di Kiev, di wilayah Kursk Rusia.
Kirillov memiliki seorang istri dan dua anak.
Inggris mengecam dia dan timnya pada Oktober lalu atas penggunaan senjata kimia di Ukraina, dan menyebutnya sebagai “juru bicara Rusia paling senior yang terbunuh oleh bom”.
Komite Investigasi Rusia menyebut Kirilov tewas di depan sebuah gedung di Ryazansky Prospekt, sekitar 7 km dari Kremlin.
“Igor Kirillov, kepala Pasukan Pertahanan Radiologi, Kimia dan Biologi Angkatan Darat Federasi Rusia, dan asistennya tewas,” kata dewan tersebut dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters.
Menurut polisi, alat peledak itu setara dengan 300 gram TNT.
TNT berbentuk bubuk kuning dan tidak berbau pada suhu kamar. TNT merupakan bahan peledak berkekuatan tinggi dan digunakan dalam pembuatan senjata dan bahan peledak industri.
Gambar yang diunggah ke saluran Telegraph Rusia menunjukkan pintu depan gedung rusak dan penuh puing.
Dalam foto ini, Anda juga bisa melihat dua mayat berlumuran darah tergeletak di tanah yang tertutup salju.
Pihak berwenang Rusia masih menyelidikinya. Dia mengatakan itu adalah kejahatan.
(dna/bac)