Jakarta, CNN Indonesia –
Indonesia resmi menjadi anggota penuh konferensi ekonomi bersama Rusia-China, BRICS, pada Senin (6/1). Sejauh ini, belum ada tanggapan dari Amerika Serikat dan sekutunya terkait situasi baru tersebut.
Pengumuman status Indonesia sebagai anggota tetap BRICS dilakukan pemerintah Brazil dalam pengumuman resmi. Mereka mengatakan semua anggota menyetujui masuknya negara Asia Tenggara tersebut ke dalam blok tersebut.
Indonesia menyatakan minatnya untuk bergabung dalam forum ekonomi tersebut ketika menghadiri KTT BRICS yang diadakan di Rusia pada Oktober 2024.
Banyak ahli mempunyai pendapatnya masing-masing. Ada yang berpendapat RI mungkin punya kekuatan lebih besar untuk bernegosiasi di kancah dunia, ada pula yang berpendapat ada ketidakpastian mengenai manfaat bergabung dengan BRICS.
Kurator Hubungan Internasional Universitas Airlangga Radityo Dharmaputra menilai Indonesia tidak akan memberikan dampak positif setelah bergabung dengan BRICS.
“Dengan bergabung dalam keanggotaan penuh, kita akan terlihat sebagai bagian dari poros Tiongkok-Rusia (bukan Global South),” kata Radityo dalam unggahan X, Selasa (7/1).
Lalu beliau berkata: “Kita terjebak dalam kelompok yang tidak ada kepastian manfaatnya.”
fun-eastern.com meminta izin Radityo untuk mengutip tweet tersebut.
Radityo juga menegaskan, posisi baru Indonesia di BRICS akan menambah ketegangan, apalagi saat Amerika Serikat dipimpin Donald Trump pada 20 Januari mendatang.
Dalam berbagai kesempatan, Kementerian Luar Negeri RI, termasuk Menteri Luar Negeri Sugiana, menegaskan bahwa Indonesia bergabung dengan BRICS sebagai salah satu cara untuk memahami politik yang bebas dan aktif.
Indonesia juga menjadi bagian dari KTT G20 yang negara anggotanya antara lain Amerika Serikat. AS, Tiongkok, dan Rusia.
Dalam hal persaingan, AS
Hubungan antara Amerika dan Rusia juga memburuk setelah invasi Beruang Merah ke Ukraina.
BRICS disebut-sebut menjadi forum ekonomi rival G7 bersama AS.
“Hal terburuk bagi Indonesia yang bisa terjadi saat ini adalah masuknya Trump dan kembalinya bipolaritas,” tambah Radityo.
Lanjutkan ke halaman berikutnya >>>