Jakarta, CNN Indonesia —
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol membela keputusannya untuk memberlakukan darurat militer pada 3 Desember sebagai cara untuk melindungi negara. Ia membantah pengiriman tentara ke Majelis Nasional saat darurat militer merupakan bentuk pemberontakan.
Dalam pidato publik pada Kamis (12/12), Yun bersikeras bahwa ia menggunakan kekuasaan kepresidenannya untuk mengumumkan darurat militer “untuk melindungi negara dan melegitimasi urusan pemerintahan”.
Yun berpendapat bahwa darurat militer diperlukan untuk melindungi negara dari partai oposisi yang mengatakan ingin membekukan pemerintah. Menurutnya, pemberlakuan darurat militer pada 3 Desember merupakan “keputusan politik yang sangat terukur”.
Sebab saat itu parlemen atau parlemen yang saat ini dikuasai oposisi pemerintah akan memotong anggaran pemerintah pada tahun berikutnya dan memberhentikan inspektur jenderal dan jaksa pemerintah dari kekuasaannya. mengusung mosi untuk memberhentikan.
“Majelis Nasional, yang didominasi oleh partai-partai oposisi utama, telah menjadi monster yang menghancurkan tatanan konstitusional demokrasi bebas,” tegas Yoon dalam pidatonya, seperti dikutip kantor berita Korea Selatan Yonhap.
Dia menolak melakukan agitasi dan menolak seruan untuk mengundurkan diri. Yoon telah berjanji akan menghadapi tuntutan atau pengadilan pidana.
Dia menegaskan kembali bahwa jika saya dituduh atau diselidiki, saya akan menghadapinya dengan adil.
Menurut hukum Korea Selatan, hasutan adalah segala upaya untuk menggulingkan lembaga-lembaga negara yang didirikan secara konstitusional atau melumpuhkannya dengan kekerasan.
Sementara itu, Yoon mengatakan pengerahan tank dan ratusan tentara ke tiga institusi lainnya, termasuk gedung parlemen dan badan pemilu, menjelang darurat militer, akan menjaga ketertiban.
Namun, Yun membenarkan bahwa ratusan tentara segera pergi setelah parlemen mengeluarkan resolusi yang menolak darurat militer beberapa jam kemudian.
Namun, pihak oposisi mengatakan langkah tersebut merupakan upaya untuk mencegah parlemen mencabut darurat militer. Sebab, Yoon secara sepihak memberlakukan darurat militer tanpa berkonsultasi dengan parlemen atau partainya, PPP.
Belakangan, Yong diduga kuat menerapkan darurat militer untuk menghindari penyelidikan kriminal terhadap dirinya dan istrinya, Kim Gyeong-hee, dan berupaya untuk mendakwa beberapa pejabat.
(isa/rds)