Jakarta, CNN Indonesia —
Milisi Houthi Yaman menyambut baik kesepakatan gencatan senjata antara Hama dan Israel di Jalur Gaza, Palestina.
Juru bicara Houthi Mohammed Abdul Salam mengatakan gencatan senjata di Gaza tercapai berkat “pengorbanan besar” para pejuang Palestina.
Kesepakatan itu juga dilaksanakan karena tekad kuat masyarakat Gaza untuk melawan Israel.
Dalam pernyataan yang dikutip kantor berita Saba Yaman, Abdul Salam juga mengatakan bahwa serangan Israel di Gaza membuat Houthi tidak punya pilihan selain ikut berperang.
Ia pun meyakinkan pihaknya tidak akan mundur dari konflik yang terjadi di wilayahnya.
“Hal ini tidak melemahkan tekad kami, namun memotivasi dan mendorong kami untuk bertanggung jawab mendukung Gaza, yang merupakan tanggung jawab agama dan kemanusiaan seluruh bangsa,” ujarnya, seperti dikutip Al Jazeera.
“Invasi Israel ke Gaza tidak memberikan ruang bagi orang-orang kami yang beriman untuk berpartisipasi dan mendukung dalam memenuhi tugas mereka terhadap orang-orang tertindas yang menjadi sasaran genosida di hadapan seluruh dunia,” lanjutnya.
Menurut Abdul Salam, meski gencatan senjata akan segera diberlakukan, pendudukan Israel di Palestina masih terus berlanjut dan mengancam keamanan dan stabilitas kawasan.
Hamas dan Israel akhirnya menyetujui gencatan senjata setelah bertempur sejak Oktober 2023. Gencatan senjata akan dimulai pada 19 Januari.
Gencatan senjata ini terbagi dalam tiga fase dimana fase pertama berlangsung selama 42 hari.
Fase pertama melibatkan pembebasan sandera perempuan, anak-anak dan lansia, dan diakhirinya serangan sampai lebih banyak bantuan kemanusiaan tiba.
Tahap kedua, dimaksudkan untuk mengakhiri perang, melibatkan pembebasan sandera laki-laki Hamas dengan imbalan pembebasan sejumlah tahanan Palestina dari penjara Israel.
Tahap ketiga adalah pemulangan jenazah dan jenazah para sandera serta pelaksanaan rencana rekonstruksi Gaza. (orang aneh)