Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri Pendidikan Tinggi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Satryo Somantri menjadi sorotan setelah beberapa spanduk dan lukisan bunga yang mengkritik posisinya viral di media sosial.
Bahkan, staf kantornya mengikuti dan membentaknya. Dalam video tersebut, Satrio terlihat mengendarai mobil RI 25 berwarna hitam. Saat mobil tersebut melintas, sejumlah pekerja yang melakukan aksi protes menghampiri mobil Satrio.
“Turun, turun, turun, turun,” teriak pegawai itu. Mobil itu melaju di luar kantor kementerian.
Terlihat pada model mobilnya, Satrio dikendarai oleh Toyota Crown 2.5 HVG Executive Hybrid, model sedan mewah pabrikan Jepang. Mobil ini digunakan sebagai mobil dinas oleh para menteri dan pejabat tinggi negara
Toyota Crown 2.5 HV G-Executive Hybrid merupakan bagian dari Toyota Crown generasi kelima belas yang diluncurkan pada tahun 2018.
Toyota Crown ini menggunakan platform Toyota New Global Architecture (TNGA). Sedan ini berukuran panjang 4.910 mm, lebar 1.550 mm, tinggi 1.455 mm, dan jarak sumbu roda 2.920 mm. Sedangkan Crown generasi ke-13 berukuran panjang 4.870 mm, lebar 1.535 mm, tinggi 1.470 mm, dan wheelbase 2.850 mm.
Dari segi desain eksterior, Toyota Crown 2.5 HV G-Executive Hybrid mengusung desain gril berukuran besar, logo mahkota dengan aksen biru, rangkaian lampu LED futuristik di depan dan belakang berukuran 18 inci. Penampilan dan penggunaan. Velg paduan.
Toyota Crown 2.5 HV G-Executive Hybrid ditenagai mesin Dynamic Force 2.487cc 4 silinder berkode A25-FXS yang menghasilkan tenaga maksimal 184 PS pada 6.000 rpm dan torsi maksimal 50 N40 pada 2000 rpm.
Untuk tenaga listriknya, Toyota Crown menggunakan motor listrik yang menghasilkan tenaga 143 PS dan torsi 300 Nm saat pedal gas ditekan, serta menggunakan transmisi CVT yang dikontrol secara elektronik, sedangkan baterainya. Nikel-logam hidrida (Ni-MH) digunakan. ) kualitas.
Konsumsi bahan bakar Crown sekitar 20,8 kmpl, sedangkan mobil ini memiliki emisi rendah sehingga lebih ramah lingkungan, yaitu 112,0 g/km. (seperempat/setengah)