Jakarta, CNN Indonesia –
Produsen mobil listrik asal China, BYD, mengungkapkan kemungkinan memperkenalkan model kendaraan hybrid plug-in (PHEV) di pasar domestik.
Manajer Hubungan Masyarakat dan Pemerintah PT BYD Motor Indonesia Luther T. Panjaitan menjelaskan, perusahaan melihat peluang dalam PHEV seiring dengan semakin terbukanya pemerintah terhadap konversi kendaraan ramah lingkungan.
“Kita tunggu, masih menghitung pendapatan dari pasar dalam negeri,” ujarnya di kantornya, Senin (20/1).
Dengan dibukanya insentif mobil hybrid di Indonesia, Luther menilai hal tersebut menjadi faktor positif bagi keberadaan kendaraan listrik.
Saat ini hanya menjual mobil listrik BYD Dolphin, Atto 3, Seal dan M6. BYD dan sub-merek Denza yang akan datang memiliki model PHEV.
Luther berpendapat bahwa PHEV merupakan teknologi yang relatif maju dibandingkan jenis teknologi hybrid lainnya. Kombinasi mesin PHEV ICE dan baterai diklaim mampu memberikan jarak tempuh yang jauh.
“Hibrida, atau lebih baik lagi PHEV, baterainya besar, jangkauannya jauh. Tapi secara teknis cukup canggih dibandingkan hibrida konvensional,” ujarnya.
Insentif pemerintah terhadap mobil hybrid adalah pajak penjualan atas Barang Mewah Pemerintah (PPnBM DTP) sebesar 3 persen yang akan diterapkan pada tahun ini.
Syarat mobil hybrid mendapat insentif ini harus terpasang lokal dan memiliki TKDN yang memenuhi ketentuan pemerintah.
“DTP PPnBM hybrid 3 persen hanya untuk produksi dalam negeri yang mengikuti program Kementerian Perindustrian dan berhak menurunkan tarif PPnBM,” kata Rustam Effendi, Pakar Madya Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, kepada CNNIndonesia. .com belum lama ini.
Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza menjelaskan insentif PPnBM DTP untuk mobil hybrid akan berlangsung selama satu tahun. Insentif tersebut akan ditinjau setelah satu tahun penerapannya.
“Iya satu tahun (2025),” ujarnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (17/12).