Jakarta, CNN Indonesia —
Ketua DPD RI Sultan B. Najamuddin mendukung keterlibatan masyarakat dalam biaya pelaksanaan skema Makan Gratis Bergizi (MBG), salah satu contohnya adalah pendanaan zakat.
“Saya lihat kok, negara di bawah Pak Prabowo Mas Gibran sangat menginginkannya ya, ingin program pangan gratis bergizi ini bisa dimaksimalkan,” kata Sultan Selasa (14/1) DRC RI Senayan di gedung DRC RI.
Hanya saja kita semua tahu, anggaran kita, yang jelas tidak semuanya, tidak akan digunakan untuk makan gratis, lanjutnya, seperti dikutip detikcom.
Ia menyebutkan perlunya keterlibatan masyarakat dalam program ini, misalnya melalui dana zakat yang terlibat dalam program makanan bergizi gratis ini.
Saya lihat di negara kita ada DNA, masyarakat Indonesia murah hati dan kooperatif, jadi kenapa tidak kita manfaatkan juga, ujarnya.
“Misalnya bagaimana kita bisa mendorong masyarakat luas untuk terlibat dalam program pangan bergizi gratis ini. Saya juga sempat berpikir kemarin, kenapa kita tidak mau melibatkan zakat kita yang jumlahnya berlebihan juga,” lanjutnya.
Menurut dia, pemerintah tidak hanya menggunakan sumber pembiayaan APBN. Ia juga mengatakan bahwa pemerintah Jepang telah mengindikasikan dalam pernyataannya bahwa mereka akan mendukung proyek MBG.
PBNU menawarkan dana infak sedekah untuk MBG
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menyarankan agar dana infaq dan sedekah yang sebelumnya dikelola oleh berbagai lembaga pengelola zakat, infaq, dan sedekah, bisa digunakan untuk dukungan. Program pemerintahan Prabowo Subianto. yaitu Pangan Bebas Gizi (MBG).
Bahkan, NU sendiri, Lazis NU, saat ini meminta kami untuk menyusun rencana penggunaan dana infaq dan sedekah untuk proyek-proyek yang kurang lebih memiliki tujuan yang sama yaitu peningkatan gizi siswa, kata Gus Yahya dari kantor PBNU Jakarta, Senin (. 13 Januari).
Gus Yahya mencontohkan, dana infaq dan zakat tersebut dapat digunakan untuk memberikan menu tambahan program makan bergizi gratis, seperti memberikan tambahan susu atau telur kepada siswa yang saat ini tidak termasuk dalam daftar makanan bergizi gratis.
“Mungkin selain itu, misalnya bubur kacang hijau, tambahan nutrisi seperti itu sangat memungkinkan,” ujarnya.
Gus Yahya, sebaliknya, mengatakan dana infaq dan sedekah “lebih fleksibel” digunakan untuk mendukung program pangan bergizi gratis dibandingkan zakat.
Sebab, mereka meyakini jika dana zakat digunakan untuk program Pangan Bergizi Gratis, tidak semua sasaran bisa menerimanya.
“Karena zakat harus diterima oleh kelompok tertentu yang merupakan kelompok sasaran dalam wacana fikih. Tapi di lembaga pemerintahan yang berbeda, tidak hanya zakat yang dikelola, tapi ada juga infaq dan sedekah yang lebih liberal,” ujarnya.
(tim/hari)