Jakarta, CNN Indonesia —
Pangsa pasar perusahaan multinasional Unilever di Indonesia semakin berkurang akibat boikot tersebut. Bagian yang hilang semakin banyak digantikan oleh produk lokal.
Melansir Reuters, Selasa (14/1), pada Oktober 2024, Unilever mengumumkan pangsa pasarnya di Indonesia turun menjadi 34,9% pada kuartal ketiga dibandingkan 38,5% pada musim sebelumnya.
Sebenarnya perdagangan di Indonesia banyak sekali. Selama tahun 2023, Unilever akan meraup pendapatan sebesar 2,39 miliar dollar AS atau setara Rp 38,71 triliun (dengan asumsi nilai tukar Rp 16.200 terhadap dollar), yang menyumbang 3,8% pada perdagangan grup.
Bahkan dengan merek-merek besar seperti deodoran Axe, es krim Cornetto, dan bumbu Royco, Unilever masih belum bisa mempertahankan kejayaannya. Selain itu, produk lokal dijual lebih murah untuk mengisi kesenjangan tersebut.
Menurut firma riset Kantar, merek Unilever Royco, Lifebuoy, dan Sunlight termasuk di antara 10 merek konsumen teratas di Indonesia pada tahun 2020. Selama pandemi Covid-19, laporan keuangan menunjukkan bahwa Unilever menaikkan harga secara signifikan untuk mengimbangi kenaikan biaya.
Pada tahun 2023, hanya Royco yang tetap berada di sepuluh besar bersama dengan pembuat deterjen lokal SoKlin, Wings Group, dan pembuat biskuit Roma Mayora Indah.
Unilever juga menghadapi persaingan dari perusahaan kecantikan halal lokal, Wardah Paragon, pembuat es krim Aice dan pemain internasional baru seperti China Skintfic.
Unilever juga menghadapi tantangan dalam ritel online, dengan penjualan sabun batangan Nuvo dari Wings Group berukuran 400 ml dengan harga sekitar 20 persen lebih murah dibandingkan sabun cair Lifebuoy Unilever dengan ukuran yang sama.
Berikutnya, sabun SoKlin Wings botol 700 ml dijual sekitar 7 persen lebih mahal dibandingkan sabun Rinso Unilever.
Oktober lalu, CEO Unilever Indonesia Benji Yap mengumumkan pihaknya berencana mengubah strategi pemasaran, termasuk peninjauan harga saat ini.
“Tentu saja kami menghadapi tantangan, namun kami memahami dengan jelas langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasinya sambil terus beradaptasi dengan lingkungan pasar yang berkembang pesat,” ujarnya.
Menurut dia, penurunan penjualan terbagi ke seluruh jenis produk. Diakuinya, invasi Israel ke Gaza yang berujung boikot menjadi salah satu alasannya.
“Penurunan pasar terjadi hampir di semua kategori karena berbagai alasan, termasuk buruknya sentimen konsumen,” kata Yap.
(ldy/sfr)