Jakarta, CNN Indonesia.
Januari sering dianggap sebagai bulan tanpa akhir. Meski hanya ada 31 hari di bulan Januari, banyak orang yang merasa waktu berjalan sangat lambat.
Saking panjangnya, Anda bisa menghitung lagi jumlah tanggal di kalender tahunan. Jumlahnya bertambah banyak, tapi tidak? Itu masih 31 hari.
Tapi bagaimanapun juga, bulan Januari masih terasa seperti sudah lama sekali. Jadi apa alasannya?
Psikolog klinis Chloe Carmichael dan penulis Pauline Wallin mengatakan ada alasan khusus mengapa bulan Januari selalu lebih panjang. Tentu saja, alasannya tidak hanya satu, melainkan ada lima faktor yang membuat bulan Januari terasa seperti selamanya.
Berikut alasannya: 1. Depresi pasca liburan
Setelah merayakan hari raya dengan gembira, memberi dan menerima hadiah, biasanya tubuh mengalami penurunan dopamin, hormon yang berhubungan dengan kebahagiaan dan kepuasan.
Mengutip Daily Mail, Carmichael menjelaskan bahwa setelah berbulan-bulan merasakan suka dan duka, Januari bisa saja datang dengan rasa kehilangan yang mendalam. Faktanya, hal ini bisa menimbulkan perasaan kelelahan emosional.
Kegembiraan Natal yang diisi dengan interaksi sosial dan hadiah tiba-tiba menghilang. Itu membuat Anda lelah dan bahkan dapat menyebabkan depresi ringan.2. Cuaca dingin dan hari-hari lebih pendek
Januari juga membawa cuaca yang lebih sejuk dan hari-hari yang lebih gelap. Semua ini bisa mempengaruhi mood kita.
Lebih sedikit waktu yang dihabiskan untuk bersosialisasi di luar ruangan, serta lebih sedikit sinar matahari, dapat membuat orang merasa lebih terisolasi. Hal ini juga dapat memicu gangguan afektif musiman (SAD), suatu kondisi depresi yang berhubungan dengan perubahan musim, terutama di musim dingin.3. Stres finansial setelah liburan
Liburan sering kali disertai dengan terlalu banyak berbelanja. Mulai dari oleh-oleh, makanan, hingga perjalanan, pengeluaran selama musim liburan bisa sangat tinggi.
Januari juga membawa kembali “kenyataan” ketika tagihan dan utang pasca-liburan mulai berdatangan. Semua ini dapat menambah stres, membuat bulan pertama tahun ini terasa lebih sulit.4. Kembalinya kebiasaan membosankan
Menurut New York Post, selama liburan banyak orang menikmati waktu istirahat, bepergian, dan memiliki jadwal sosial yang sibuk. Namun, begitu bulan Januari tiba, semuanya kembali ke rutinitas sehari-hari yang lebih monoton.
Kembali ke pekerjaan jam 9 pagi sampai jam 5 sore dan mengurus pekerjaan rumah tangga sering kali membuat jam kerja terasa lebih lama. Rutinitas yang tidak menarik ini membuat bulan Januari terkesan membosankan dan tidak bergerak.
5. Penekanan pada resolusi Tahun Baru
Januari juga identik dengan resolusi tahun baru. Namun, bagi banyak orang, antisipasi terhadap perubahan atau pencapaian baru bisa dibarengi dengan perasaan cemas dan stres.
Merasa waktu hampir habis dan kita harus segera sampai dapat memicu stres. Bagi sebagian orang, Januari merupakan pengingat akan ketidaklengkapan sejarah satu tahun terakhir, sehingga menimbulkan beban emosional.
(ini/ini, wah)