Jakarta, CNN Indonesia –
Pemerintah berupaya membuat harga mobil listrik (BEV) lebih terjangkau. Namun perjalanan bevs murah sangat panjang dan berliku.
Salah satu langkah baru tersebut adalah pemerintah akan bertanggung jawab kepada pemerintah pada tahun 2024 hingga 2025. Kebijakan ini diharapkan dapat mendongkrak harga mobil listrik dan mendongkrak penerimaan mobil listrik.
Melalui Peraturan Menteri Perdagangan (P.B.L.M.) Nomor 8, pemerintah memfasilitasi impor mobil listrik dengan pembebasan bea masuk selama dua tahun. Namun ada syaratnya, produsen harus mulai berproduksi di Indonesia pada tahun 2026.
“Program ini bertujuan untuk memperkenalkan lebih banyak mobil listrik ke pasar Indonesia. Dengan lebih banyak pilihan, harga bisa menjadi lebih kompetitif,” kata Rachamat Kaimuddin, Wakil Direktur Infrastruktur Kementerian Infrastruktur dan Pembangunan Daerah Indonesia, kepada CNBC Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga menargetkan insentif pajak untuk mobil listrik yang berhasil meningkatkan penjualan dari 10.000 unit menjadi 43.000 unit pada tahun 2022.
Keputusan Presiden tentang Insentif Pajak
Perjalanan pemerintah dalam menggalakkan mobil listrik diawali dengan terbitnya Peraturan Presiden (Pers) No. 55 tahun 2019 untuk mempercepat Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dan menjadi landasan dalam membangun ekosistem EV di Indonesia.
“Kami menyadari bahwa pengembangan mobil listrik perlu dibarengi dengan tiga hal utama: SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum), banyaknya produk dan harga yang hemat,” kata Rachmat.
Rachmet optimistis Indonesia bisa meneruskan kesuksesan China dalam mengembangkan pasar mobil listrik. Menurut data China Automotive Association (CAAM), penjualan mobil listrik di China mencapai 1,3 juta unit pada tahun 2020, atau 5 hingga 6 persen dari total pasar mobil.
Pada tahun 2024, angka tersebut akan mencapai lebih dari 7 juta unit atau 52 persen dari total penjualan mobil baru di China.
Ia mengatakan: “China mencapai pangsa pasar 5 hingga 6 persen pada tahun 2020 dan akan mencapai 52 persen pada tahun 2024. Saat ini, Indonesia memiliki pangsa pasar lebih dari 5 persen. Kami optimis dengan langkah tersebut.”
Meski perkembangan mobil listrik di Indonesia sangat menggembirakan, Rachmate mengakui industri tersebut masih sangat baru. Adaptasi teknologi dan infrastruktur yang memadai, seperti SPKLU, masih menjadi tantangan.
Namun dengan dukungan insentif dan kolaborasi pemerintah dan pelaku industri, masa depan mobil listrik di Indonesia cukup positif. (BISA/DMI)