Jakarta, CNN Indonesia –
Maskapai Jebu Jebu yang mengalami kecelakaan pada Minggu (29/12) rupanya mengalami kecelakaan pada tahun 2021.
Korea Backer Corporation mengatakan bahwa pesawat yang sama, yang tercatat sebagai HL8088 dalam sistem informasi teknis pesawat, memiliki sejarah ekor internasional.
Kecelakaan itu menyebabkan kerusakan struktural pada pesawat.
Laporan Hawan Korea, Struktur Bumi, Infrastruktur dan transprastruktur Korea Selatan telah dibangun oleh Lake 2.2,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3, 3, 3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3,3, 3,3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3000 Rp.) hingga kecelakaan.
Kementerian memutuskan bahwa maskapai tersebut tidak dapat mengkonfirmasi dan memperbaiki kerusakan dengan benar sebelum melanjutkan penerbangan.
Kecelakaan ini sangat terlepas dari kabut asap karena dianggap tidak transparan. Pihak maskapai sebelumnya mengklaim bahwa pesawat tersebut tidak pernah mengalami masalah sebelum kecelakaan terjadi.
Tidak ada riwayat kecelakaan sebelumnya pada pesawat ini. Pesawat ini sudah diperiksa secara berkala, kata KIM dan KIM, CEE, CEO Kililes di Massa Scano, Minggu (29/12).
Namun, dengan kritik yang semakin meningkat, JEju air mengakui bahwa pesawat jenis Boeing 737-800 tersebut mengalami situasi kecelakaan tiga tahun lalu.
“Kecelakaan tiga tahun lalu itu merupakan kecelakaan ringan dan karena tergolong kegiatan maka tidak ada kecukupannya menurut undang-undang penerbangan.
Ini merupakan tekanan yang kuat bahwa partai tersebut akan membayar semua simpanan yang ditarik, serta menyelesaikan semua pemeriksaan dan perbaikan.
“Dan kami tetap beroperasi normal sesuai aturan,” kata Jenju air.
Pesawat JEJU jatuh pada Minggu (29/12) di Bandara Internasional Muuan hingga menewaskan 179 orang. Korban jiwa terdiri dari 175 penumpang dan empat awak kabin.
Hanya dua orang yang selamat dari tragedi tersebut. Kedua anggota kru.
Kecelakaan itu terjadi saat pesawat mendarat tanpa kemudi di Bandara Muuan. Karena berlari begitu cepat, pesawat tersebut akhirnya menabrak beton yang meledak dengan hebat.
Menurut dugaan awal, kecelakaan itu terjadi karena adanya konflik antara burung dengan burung (bird) dan kemudian kondisi cuaca meningkat.
Meskipun demikian, sejumlah pengamatan kecelakaan tidak hanya menyebabkan serangan burung, tetapi juga kemungkinan menemukan masalah mekanis.
Hasil penyelidikan penyebab kecelakaan belum diumumkan. (Blq/ASR)