Jakarta, CNN Indonesia –
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memeriksa insentif untuk pembentukan kantor keluarga, yang telah direncanakan sejak tahun lalu.
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Thomas Jivandono mengatakan bahwa insentif untuk kantor keluarga dibahas dengan ketua Dewan Ekonomi Nasional () Luhut Binsar Pandanitan.
“Insentifnya tertarik. Juga perlu didiskusikan dengan mereka. Kira -kira insentif apa yang benar, ”kata Thomas di kantor IDN pada hari Rabu (1/15).
Menurutnya, pemerintah ingin memastikan daya saing insentif ini sehingga banyak investor tertarik dan percaya pada kantor keluarga.
“Kita harus kompetitif. Ada standar di luar negeri, dan kita harus lebih kompetitif, ”tambahnya.
Sebelum membahas insentif, pemerintah juga akan mengetahui sebagai sistem yang tepat untuk memperkenalkan kantor keluarga di negara ini. Terutama siap untuk payung hukum.
“Kita harus menjelajahi lagi. Hukum harus jelas bahwa kantor keluarga harus memiliki kepercayaan hukum di mana -mana atau di pusat -pusat tersebut. Menurut pendapat saya, ini sekali lagi masalah, tidak hanya insentif, tetapi secara umum kita harus memikirkannya, ”jelasnya.
Beberapa negara yang telah diimplementasikan adalah Singapura, Abu -dabi dan Hong Kong.
Karena itu, dengan kesempatan yang sama, Luhut mengatakan bahwa ia akan menawarkan Presiden Prabovo Subanto untuk segera membentuk kantor keluarga. Karena banyak keuntungan bagi Indonesia, seperti peningkatan investasi dalam stabilitas pasar keuangan.
Selain itu, Luhut menyarankan agar Kementerian Keuangan menawarkan insentif yang menarik sehingga investor berpartisipasi dalam program negara bagian ini.
“Kami tidak ingin kalah terhadap negara -negara tetangga kami, cara berpikir bahwa kami harus sebaliknya, mereka tidak mengharapkan kebahagiaan saya, untungnya, mereka juga harus memikirkannya,” katanya.
Luhut melihat bahwa Indonesia telah memenuhi prinsip -prinsip panduan untuk mendapatkan manfaatnya. Bahkan, Anda juga perlu memikirkan keuntungan yang ingin dimasukkan oleh investor.
“Mereka memberikan insentif yang sangat kompetitif, kita harus (juga memberikan insentif yang menarik), jika tidak, kita kalah,” Luhut menyimpulkan.
(LDY/AGT)