
Jakarta, CNN Indonesia –
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan bahwa Palestina tidak memiliki hak untuk kembali ke Gaza di tengah rencana kejang AS.
Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Senin (10/2), Trump menggambarkan proposalnya sebagai “pengembangan real estat untuk masa depan.”
Dalam sebuah wawancara dengan Fox News Channel yang dikonsultasikan oleh Agence France -Presse, Trump mengatakan bahwa rencana itu termasuk membangun apartemen untuk Palestina di luar Gaza dengan kemungkinan lima hingga enam situs baru. Namun, dunia Arab dan komunitas internasional menolak rencana itu dengan kuat.
“Tidak, mereka tidak akan kembali karena mereka memiliki kehidupan yang jauh lebih baik,” kata Trump ketika mereka ditanya ketika mereka ditanya apakah Palestina masih hak untuk kembali ke daerah itu, yang dihancurkan oleh serangan militer Israel sejak Oktober 2023 . .
Menurut Trump, kondisi saat ini di Gaza tidak dapat kembali dalam waktu dekat.
“Saya berbicara tentang membangun tempat permanen untuk Anda, karena jika Anda harus kembali sekarang, itu akan memakan waktu bertahun -tahun sebelum Anda bisa menjadi penduduk lagi,” tambahnya.
Trump mengungkapkan rencana ini minggu lalu pada konferensi pers dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Penafsiran segera membuat marah orang -orang Palestina dan negara -negara Timur Tengah.
Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdi segera terbang ke Washington untuk bertemu dengan Sekretaris Negara AS Marco Rubio. Sementara itu, Raja Jordan Abdullah II akan bertemu dengan Trump pada hari Selasa (11/2) untuk membahas masalah ini.
Trump menjelaskan bahwa ia akan membangun “masyarakat yang indah” untuk lebih dari dua juta warga Palestina yang saat ini tinggal di Gaza.
“Mungkin ada lima atau enam, itu juga bisa dua. Tapi kami akan membangun masyarakat yang aman, jauh dari Anda sedikit, di mana Anda sekarang di mana semua bahaya ini terjadi,” katanya.
Trump juga menyatakan bahwa proyek ini harus dilihat sebagai “pengembangan real estat untuk masa depan.” Dia bahkan menyatakan bahwa Gaza dapat dikonversi menjadi “Central Riviera Riviera”.
Kritik dari Dunia
Rencana Trump untuk mempertahankan kritik yang meluas, dari negara -negara Arab dan sekutu Eropa. Sekolah Kanselir Jerman Olaf menggambarkan rencana ini sebagai “skandal” dan menekankan bahwa transportasi paksa Palestina “tidak dapat diterima dan pelanggaran hukum internasional.”
Sementara itu, Netanyahu menyambut rencana Trump dan menggambarkannya sebagai “visi yang jauh lebih baik untuk Israel.”
Namun, rencana itu juga mengancam penghentian enam minggu antara Israel dan Hamas di Gaza. Jika ini berlanjut, kebijakan ini memiliki kemampuan untuk memburuknya situasi di wilayah yang telah dipengaruhi oleh perang sejak Oktober tahun lalu.
Trump masih yakin bahwa ia dapat membujuk negara -negara Mesir dan Jordan Zawi bahwa ia akan menerima rencananya.
“Saya pikir saya bisa menyimpulkan perjanjian dengan Jordan. Saya pikir saya bisa setuju dengan Mesir. Anda tahu bahwa kami menawarkan Anda miliaran dan miliaran dolar setiap tahun,” katanya.
(Isn/isn)